Harga Minyak Turun, Masih Layakkah Harga BBM Naik ?

Arief Kamaludin|KATADATA
Petugas pengisian bahan bakar melayani pembeli di sebuah SPBU di Jakarta.
3/9/2022, 08.35 WIB

Masyarakat masih menunggu kepastian rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak atau BBM subsidi. Alih-alih kenaikan, pemerintah baru-baru ini justru memangkas harga tiga jenis BBM nonsubsidi, yakni Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.

"Saya rasa ini keputusan tepat, karena harga minyak dunia terus turun sejak Juni 2022 lalu, dari semula yang harganya mencapai US$ 120 dolar per barel, menjadi mendekati US$ 90 dolar per barel," kata Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto dilansir dari Antara, Sabtu (3/9). 

Menurut pengamatannya, Pertamina belum pernah menurunkan harga BBM umum nonsubsidi seperti ini. Hal itu sekaligus memberikan gambaran bahwa penurunan harga minyak dunia sejak Juni 2022 mulai membawa angin segar bagi Indonesia.

Dia juga berpendapat bahwa logika yang sama bisa berlaku untuk BBM bersubsidi jenis Pertalite dan solar. Menurut Mulyanto, kedua jenis BBM tersebut tidak memiliki urgensi untuk dinaikkan, di tengah menurunnya harga minyak dunia.

"Sekarang adalah momentum tepat pemerintah untuk menata secara struktural persoalan distribusi BBM bersubsidi agar semakin tepat sasaran," ujarnya.

Menurut Mulyanto, pelarangan penggunaan BBM bersubsidi kepada pengguna mobil mewah tetap penting, agar anggaran negara semakin efisien. Dengan begitu, pemberian subsidi BBM benar-benar memenuhi rasa keadilan.

Di sisi lain, Pakar kebijakan publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengatakan harga BBM bersubsidi yang belum berubah di awal September 2022, diasumsikan bahwa kenaikan harga BBM masih dalam pertimbangan. Dia menilai kondisi tersebut, turut mempertegas bahwa BBM akan benar-benar naik dan rakyat harus bersiap menghadapi dampak yang akan timbul.

Aksi protes kebijakan kenaikan BBM sudah terjadi dimana-mana dan sebagian berlangsung ricuh. Jika dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat lebih berat, dikhawatirkan akan terjadi gelombang penolakan yang menyebabkan people unrest. 

"Hal yang paling dikhawatirkan adalah kenaikan angka kemiskinan memicu lonjakan angka kriminal akibat himpitan ekonomi," kata Achmad dalam keterangan resminya kepada Katadata.co.id, Jumat (2/9).

Sementara itu, tren penurunan harga minyak dunia semestinya menjadi momentum baik untuk mempertahankan harga BBM, termasuk BBM bersubsidi. Achmad menyampaikan, jika pemerintah pro rakyat, maka alternatif realokasi anggaran untuk mempertahankan subsidi minyak pasti akan dilakukan.

Sebelumnya, pemerintah memangkas harga tiga BBM nonsubsidi. Untuk harga Pertamax Turbo per 1 September 2022 turun menjadi Rp 15.900 per liter dari sebelumnya Rp 17.900 per liter. Sedangkan harga solar Dexlite turun menjadi Rp 17.100 per liter dari Rp 17.800 per liter, serta harga Pertamina Dex turun menjadi Rp 17.400 per liter dari Rp 18.900 per liter.

Adapun harga minyak dunia terus melanjutkan penurunan hingga di bawah 3 % pada perdagangan Jumat (2/9). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober tercatat turun US$ 2,94 atau 3,3% menjadi US$ 86,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman November jatuh US$ 3,28 atau 3,4 % menjadi US$ 92,36 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sebelumnya, usai menghadiri rapat terbatas di Istana Kepresidenan pada Senin (29/8), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan tiga program bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat yang terdampak kebijakan kenaikan BBM bersubsidi. Presiden Joko Widodo juga direncanakan menerima kalkulasi kenaikan harga BBM bersubsidi dari para menteri pada Jumat (2/9).