Salah satu tokoh yang paling berpengalaman dalam investasi, Warren Buffett, menyatakan tidak ingin membeli Bitcoin atau mata uang kripto lainnya walaupun harganya murah.
Pandangan Buffett tentang aset kripto masih belum berubah dari dulu hingga sekarang. Pada pertemuan pemegang saham tahunan Berkshire Hathaway Inc pada 2018, Buffett menggambarkan Bitcoin sebagai "racun tikus yang dikuadratkan" alias sangat beracun.
Hal ini merupakan sebuah sentimen yang dilaporkan oleh Becky Quick dari CNBC.
Buffett sangat vokal dalam menyuarakan kehati-hatiannya terhadap Bitcoin dan pasar mata uang kripto yang lebih luas, dengan memprediksi hasil yang suram.
Pandangan Warren Buffet mengenai aset Kripto merupakan salah satu artikel terpopuler, dan bagian dari Top News Katadata.co.id. Selain itu, simak juga bagaimana peluang Ahok untuk ikut Pilkada, serta kritikan Anies untuk Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi terkait KJMU.
Berikut Top News Katadata.co.id:
1. Warren Buffett Tak Sudi Beli Bitcoin Walaupun Harganya Murah
Pasar mata uang kripto adalah pusaran angin yang penuh dengan kegembiraan dan ketidakpastian, yang dipicu oleh rasa takut ketinggalan (FOMO) dan spekulasi mengenai lintasan masa depannya.
Salah satu tokoh yang paling berpengalaman dalam investasi, Warren Buffett, menyatakan tidak ingin membeli Bitcoin atau mata uang kripto lainnya walaupun harganya murah.
Pandangan Buffett tentang aset kripto masih belum berubah dari dulu hingga sekarang. Pada pertemuan pemegang saham tahunan Berkshire Hathaway Inc pada 2018, Buffett menggambarkan Bitcoin sebagai "racun tikus yang dikuadratkan" alias sangat beracun. Hal ini merupakan sebuah sentimen yang dilaporkan oleh Becky Quick dari CNBC.
Terlepas dari penerimaan Bitcoin yang semakin meningkat di sektor keuangan tradisional, pendirian Buffett tetap tidak berubah, menekankan keyakinannya bahwa Bitcoin bukanlah investasi yang layak.
Melansir Benzinga.com, mendiang Charlie Munger, yang merupakan wakil ketua Berkshire Hathaway dan kolaborator lama Buffett, menggemakan sentimen ini selama pertemuan tersebut dan mengkritik perdagangan mata uang kripto.
Buffett sangat vokal dalam menyuarakan kehati-hatiannya terhadap Bitcoin dan pasar mata uang kripto yang lebih luas, dengan memprediksi hasil yang suram.
"Dalam hal mata uang kripto, secara umum, saya dapat mengatakan dengan hampir pasti bahwa mereka akan berakhir dengan buruk," kata Buffett, seperti dikutip Benzinga.com.
2. Bukit Asam Beri Sinyal Bakal Tebar Dividen Jumbo Lagi
Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) buka suara soal pembagian dividen untuk tahun buku 2023. Direktur Utama PTBA Arsal Ismail memastikan perusahaan selalu memberikan dividen setiap tahunnya.
Namun dirinya belum dapat memberi tahu secara detail besaran persentase dividen yang akan dibayarkan untuk tahun buku 2023. Sebab menurut Arsal, keputusan besaran pembagian dividen adalah wewenang pemegang saham.
"PTBA tidak pernah tidak pernah beri dividen. Perusahaan selalu memperhatian dan mendengarkan yang jadi harapan pemegang saham," kata Arsal kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/3).
Sebagai catatan, perusahaan membagikan dividen Rp 12,6 triliun atau 100% dari laba bersih perseroan tahun buku 2022. Seiring dengan pembagian dividen pada saat itu, perusahaan tetap akan ekspansi bisnis perseroan.
"Kami lebih banyak concern pada pengembangan energi baru terbarukan juga menambah kapasitas eksisting sekarang," kata Direktur Utama PTBA Arsal Ismail, Kamis (15/6).
3. Ahok Tetap Bisa Ikut Pilkada Meski Status Mantan Napi, Ini Aturannya
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, disebut-sebut sebagai salah satu tokoh yang berpeluang untuk maju sebagai calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta yang akan digelar November 2024 mendatang.
Beberapa pengamat menilai, pria asal Kabupaten Belitung Timur ini, masih memiliki basis suara yang kuat, dan mampu berkompetisi dengan tokoh-tokoh lain, seperti Anies Baswedan atau Ridwan Kamil.
Ahok sendiri tidak menutup peluang dirinya untuk maju sebagai calon gubernur dalam Pilkada 2024 nanti.
Menurutnya, sebagai kader partai politik, berpartisipasi di Pilkada DKI Jakarta bukan sesuatu yang tidak mungkin. Hal ini ia ungkapkan dalam podcast bersama Merry Riana dalam video yang diunggah di kanal YouTube @Merry-Riana, Kamis (7/3).
Meski demikian, status sebagai mantan narapidana yang disandang Ahok menjadi perhatian. Sebab, status ini kerap menjadi perdebatan apakah seseorang mantan narapidana dapat menduduki jabatan publik atau tidak.
4. Ahok Singgung Umur Kaesang, Ini Syarat Usia Calon Kepala Daerah
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengomentari potensi putra bungsu Presiden Joko Widodo yakni Kaesang Pangarep untuk maju Pemilihan Kepala Daerah DKI. Ahok mengatakan Kaesang bisa saja melampaui aturan usia untuk maju ke pilkada tahun ini.
"Mungkin ada teman atau saudara bisa mengajukan (gugatan) ke Mahkamah Konstitusi," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu dalam Youtube Merry Riana, Kamis (7/3).
Komentar Ahok soal Kaesang ini merupakan bagian dari salah satu tema pembicaraannya dengan Merry. Sang pembawa acara sempat memberikan tiga nama tokoh terkait DKI Jakarta untuk dikomentari Ahok yakni Kaesang, Ridwan Kamil, dan Ahmad Sahroni.
Saat ditanya soal Ridwan Kamil, Ahok mengaku tidak begitu kenal secara pribadi. Ia lalu meminta Merry untuk bertanya kepada warga Bandung soal Kang Emil.
Sedangkan terkait Sahroni, Ahok menyebut Bendahara Partai Nasdem itu memiliki kekayaan karena terkait bisnis minyak Pertamina. Mantna Bupati Belitung Timur itu lalu berkelakar enggan mengomentari Sahroni karena berada di Komisi Hukum DPR.
5. Anies Respons Isu Pencabutan KJMU, Kritik Heru Budi
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengomentari pemutusan sepihak Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul alias KJMU oleh Pj Gubernur Jakarta, Heru Budi Hartono.
Menurutnya, Heru seharusnya meneruskan pemberian beasiswa hingga penerimanya lulus kuliah, bukan di tengah perkuliahan.
“Kalaupun tidak mau diteruskan programnya, maka lakukan itu dengan cara tidak ada rekrutmen yang baru. Tapi yang sudah masuk ke dalam penerima, harus dibiayai sampai tuntas,” ujar Anies usai salat Jumat di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, (8/3).
Mantan Gubernur Jakarta ini lalu mengumpamakan pencabutan ini layaknya pengelolaan sebuah sekolah. Bila sekolah dinyatakan akan tutup, maka tetap harus menuntaskan pembiayaan siswa yang sudah mendaftar sebelumnya.
“Kalau memang tidak bisa, disiapkan tempat baru ke mana dia harus belajar supaya tidak terbengkalai,” katanya.