Digital Marketing Bantu Pengusaha Pasarkan Produk di Masa Pandemi

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Pedagang gitar rumahan memotret barang dagangannya untuk dijual secara daring. Pelaku usaha dan UMKM bisa memanfaatkan media sosial untuk menjual produk.
Penulis: Ekarina
21/11/2020, 13.47 WIB
UMKM PRODUK KOPI MULAI BANGKIT (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.)

Oleh sebab itu, penjual harus memiliki tim yang siap menjawab pertanyaan calon konsumen, mengemas barang dan mengirim produk tepat waktu.  

Dari sisi produk dan tampilan pun menurutnya harus dikemas menarik dengan mencantumkan deskripsi secara jelas dan detail beserta update foto sehingga tidak mengecewakan konsumen ketika menerima barang. 

"Jangan lupa, peran SEO untuk pelaku bisnis juga penting. Ini merupakan fudamental yang harus diperhatikan sedari awal dan seterusnya. SEO membantu meningkatkan barang naik ke atas ketika ada pembeli melakukan pencarian," kata dia.

Artis sekaligus pelaku usaha bisnis kuliner, Ben Joshua menyatakan media sosial dan platform e-commerce turut membantunya menjalan bisnis di masa pandemi corona.

Meski baru berjalan beberapa bulan, produk sambal yang ia pasarkan dengan merek ben_cabe direspons positif oleh pasar.

"Saya coba memberi layanan terbaik buat pelanggan, mengirim barang dengan cepat ketika pesanan datang. Ini bisa memberi kepercayaan pembeli terhadap produk kami dan berikutnya bisa kembali lagi," ujarnya.

Untuk membuat bisnisnya berkelanjutan dan membedakan dengan produk sejenis, dia pun aktif berinovasi dengan menambah varian baru. Hingga kini, produk sambal ben_cabe telah memiliki tujuh varian.

"Tahun depan kami coba meluncurkan produk baru berupa masakan daging siap saji. Kami cukup yakin karena pasarnya ada dan cukup praktis digunakan saat ini," kata Ben.

Pelaku UMKM menerapakan sejumlah strategi sebagai upaya bertahan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. 

UMKM yang bergerak dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring) memanfaatan cara yang berbeda. Berdasarkan data Agustus 2020, sebanyak 27% responden UMKM yang masih menjalankan usahanya secara luring memilih untuk mengurangi produksi. Sementara hanya 19% UMKM daring yang memilih opsi tersebut.

Sedangkan UMKM dengan akses digital dapat menerapkan beragam pilihan strategi di tengah krisis. Sebanyak 16% UMKM daring mencari alternatif lain dengan memodifikasi produknya. Hanya 5% UMKM bertahan secara luring menggunakan opsi yang sama.

Mandiri Institute melakukan survei UMKM terhadap 320 responden. Mereka tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, serta Bali dan Nusa Tenggara. UMKM tersebut bergerak di sejumlah lini, seperti akomodasi, perdagangan, konstruksi, dan restoran. Detailnya bisa dilihat dalam databoks berikut:

Halaman: