Cara YouTube & Facebook Atasi Maraknya Konten Konspirasi Corona di RI

Katadata
Ilustrasi tampilan platform media sosial
16/7/2020, 19.56 WIB

Riset Ipsos Mori menunjukkan, pengguna YouTube dan Facebook yang percaya konten konspirasi terkait pandemi corona lebih banyak ketimbang media sosial lain. Kedua perusahaan mengklaim telah melakukan sejumlah upaya untuk meminimalkan peredaran hoaks, termasuk terkait Covid-19.

Juru bicara perwakilan YouTube Indonesia mengatakan, perusahaan memiliki kebijakan yang jelas terkait konten yang dilarang. Salah satunya, video yang mempromosikan metode medis untuk mencegah virus corona secara tidak berdasar.

"Kami dengan cepat menghapus video yang melanggar kebijakan itu, ketika ditandai," ujar juru bicara perwakilan YouTube Indonesia kepada Katadata.co.id, Kamis (16/7).

(Baca: Riset: Pengguna Facebook & YouTube Percaya Teori Konspirasi Corona)

Selain itu, perusahaan meningkatkan konten otoritatif dengan menggaet Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan. Data-data dari sumber resmi ini akan diunggah di platform untuk memberikan informasi yang benar kepada pengguna terkait corona.

Sedangkan juru bicara Facebook Indonesia enggan berkomentar banyak terkait hasil riset Ipsos. Namun, ia mengatakan bahwa setidaknya ada empat area yang menjadi fokus perusahaan selama pandemi corona.

Pertama, memastikan semua pengguna mendapatkan informasi yang akurat. Kedua, memutus rantai penyebaran informasi yang salah dan konten berbahaya.

(Baca: 3.606 Orang Tewas, Gugus Tugas Kecewa Ada yang Sebut Corona Konspirasi)

Ketiga, memberikan dukungan bagi tenaga kesehatan dan upaya bantuan. “Terakir, mendukung pemerintah daerah, komunitas, dan pemilik bisnis," ujar juru bicara Facebook Indonesia.

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu juga memberikan pesan pop-up guna menghubungkan pengguna dengan otoritas dan organisasi Kesehatan, seperti WHO dan UNICEF. Di Indonesia, Facebook bekerja sama dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Facebook juga membentuk tim pemeriksa fakta pihak ketiga untuk meninjau konten dan menghalau klaim yang salah terkait virus corona. "Kami mulai menghapus konten dengan klaim yang salah atau teori konspirasi yang telah ditandai oleh organisasi kesehatan global dan lokal, yang bisa membahayakan orang yang percaya,” katanya.

Katadata.co.id juga telah meminta tanggapan dari Twitter Indonesia. Namun, perusahaan belum merespons permintaan tanggapan hingga berita ini diturunkan. 

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur