Pertamina Siapkan Hidrogen Biru untuk Industri Penerbangan

123rf.com/Alexander Kirch
Ilustrasi energi hidrogen
22/12/2022, 21.41 WIB

Pertamina menetapkan bisnis jangka panjang yang berorientasi pada penyediaan energi bersih di sektor transportasi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Lewat anak usaha, PT Pertamina Power and Renewable Energy (NRE), menjajaki bisnis perdagangan karbon lewat pemanfaatan hutan tropis melalui pengembangan proyek nature based solution (NBS). 

Direktur Utama PT Pertamina NRE, Dannif Danusaputro,  menyatakan Pertamina tetap akan bergerak di bisnis penyediaan energi untuk kendaraan transportasi. Namun secara perlahan beralih dari sumber energi minyak dan gas bumi menuju pada pengadaan energi hidrogen hijau dan hidrogen biru.

"Untuk bisnis EBT, kami akan banyak di sektor transportasi dan industrial. Karena memang produk kami banyak dipakai untuk transportasi dengan hasil akhirnya banyak BBM," kata Dannif dalam webinar pada Kamis (22/12).

Nantinya, bisnis pengadaan energi hidrogen akan disalurkan untuk sektor transportasi penerbangan, maritim, dan truk pikap komersial yang relatif sulit untuk memanfaatkan baterai sebagai sumber energi. "Hal tersebut akan kami galakkan untuk hidrogen," ujar Dannif.

Selain sektor transportasi, Pertamina NRE juga bakal menyasar bisnis penyaluran energi bersih kepada industri semen dan pabrik baja yang saat ini masih menggunakan energi batu bara dan minyak bumi untuk operasional pengolahan. "Kami melihat hidrogen sebagai sumber energi masa depan yang menjadi alternatif yang bisa menggantikan energi fosil untuk sektor yang sulit didekarbonisasi," kata Dannif.

Adapun perusahaan energi pelat merah ini tengah berupaya untuk mengejar target porsi energi gas sebesar 19% dan EBT sebesar 17% dalam bauran energinya pada 2030. Pertamina juga telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 11 miliar atau Rp 170,9 triliun (kurs Rp 15.200) untuk pengembangan bisnis EBT, panas bumi, gas, bioenergi, perdagangan karbon serta ekspansi bisnis pada baterai dan kendaraan listrik.

Sebelumnya, Pertamina tengah menjajaki pembentukan konsorsium dengan beberapa perusahaan asing untuk pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau yang diperoleh dari sumber wilayah kerja panas bumi (WKP) di daerah Sumatera.

Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Power Indonesia (PPI), Fadli Rahman, mengatakan perseroan tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan migas asal Amerika Serikat, Chevron dan perusahaan energi asal Singapura, Keppel Corporation.

"Pertamina sudah mulai diskusi dari akhir tahun lalu, jadi tahun ini sudah mulai kami kongkritkan untuk studi-studinya," kata Fadli saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN pada Selasa (8/11).

Selain itu, Pertamina juga telah menyepakati studi bersama atau joint study pengembangan hidrogen hijau dan hidrogen biru bersama Krakatau Steel dan IGNIS Energy Holdings.

Pertamina juga telah menyepakati kesepakatan studi bersama untuk pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau dengan Tokyo Electric Power Company (TEPCO). Mitsubishi Corporation, juga disebut telah menjalin kerja sama dengan Pertamia soal pengembangan hidrogen dan amonia.

Dengan beberapa proyek kerja sama ini, Pertamina berharap bisa menyuplai kebutuhan 2 juta ton hidrogen hijau dan amonia hijau pada 2030.

Kendati demikian, Fadli pun belum mengetahui berapa besaran nilai investasi yang dikeluarkan oleh tiap-tiap perusahaan. "Investasinya belum ada yang tahu, karena ini memang betul-betul masih di tahap awal, jadi masih perlu lihat potensinya sebesar apa. Tapi intinya, Pertamina ingin suplai kontribusi 2 juta ton di tahun 2030," kata Fadli.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu