Garap EBT hingga Perdagangan Karbon, Pertamina Siapkan Capex Rp 170 T

Pertamina
Pertamina siapkan belanja modal atau capex sebesar US$ 11,2 miliar atau sekitar Rp 167 triliun untuk pengembangan EBT, gas, bioenergi, hingga bisnis kendaraan listrik.
29/9/2022, 15.05 WIB

“Gas punya peran penting dalam transisi energi. 50% penemuan sumur-sumur baru adalah gas. Gas juga bisa diproduksi secara kontinu, berbeda dengan EBT yang mayoritas masih intermiten,” sambungnya.

Selain gas, perusahaan energi nasional itu juga mendorong pengembangan energi panas bumi atau geothermal. Serumpun dengan gas, panas bumi menjadi salah satu sumber energi yang bisa diproduksi terus menerus. Nanang menjelaskan, saat ini Pertamina sudah memiliki sumber energi panas bumi sebesar 672 megawatt (MW).

Angka ini akan terus dikerek jadi 900 MW pada 2030. “Panas bumi adalah satu-satunya EBT yang bisa tidak intermiten. Beda dengan panel surya yang hanya optimal 4 jam sesuai sinar matahari,” ujar Nanang.

Jajaki Perdagangan Karbon

Selain itu, Pertamina juga mulai mengembangkan bioenergi, proyek percontohan hidrogen hijau, kilang minyak hijau, hingga menjajaki peluang bisnis di sektor perdagangan karbon. Nanang menjelaskan, saat ini perusahaan telah menjalin kerja sama dengan Perusahaan Umum Kehutanan Negara atau Perum Perhutani.

Dua perusahaan milik negara tersebut mulai mengkapling 700.000 hektar tanah di 9 lahan milik Perhutani dengan target penyerapan emisi carbon 11 juta ton C02.

“Kami sudah memulai kerja sama dengan Perhutani dengan nature based solution. Nanti reduksi emisinya dilakukan mekanisme perdagangan karbon di 9 lahan milik Perhutani,” tukas Nanang.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu