Mantan Bos BEI Anggap Isu Saham Gorengan Bisa Rusak Pasar Modal

Arief Kamaludin|KATADATA
Mantan Dirut BEI Tito Sulistio khawatir isu saham gorengan bisa rusak pasar modal.
9/1/2020, 11.46 WIB

Selain itu, semua kegiatan jual beli di pasar modal sudah sah. Investor bisa saja membeli saham salah satu emiten di harga yang sangat rendah jika ada yang mau menjualnya. Begitu pula sebaliknya, investor bisa menjual saham di harga tinggi jika ada yang mau membelinya.

"Sah saja kalau ada mau, kenapa tidak? Itu semua ada untuk pencatatannya, jadi tidak bisa bilang bahwa itu adalah gorengan," katanya.

Saham gorengan ini ramai dibicarakan, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keresahannya terhadap aktivitas goreng saham yang memakan banyak korban. Jokowi juga meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI membersihkan pasar modal dari para manipulator saham.

Jokowi menyebut tindakan para manipulator saham merusak kepercayaan para investor di dalam maupun di luar negeri. Padahal, pemerintah terus berupaya menjaga kepercayaan para investor.

"Yang Rp 100 tadi dipoles-poles jadi Rp 1.000. Hati-hati. Bersihkan dan hentikan ini," kata Jokowi ketika membuka perdagangan saham di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1).

(Baca: Jokowi Minta OJK dan BEI Bersihkan Pasar Modal dari Manipulator Saham)

Salah satu perusahaan yang terjerat saham gorengan dan menimbulkan masalah keuangan adalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan ini lantaran manajemen yang lama berinvestasi secara sembrono.

Saham gorengan masuk ke dalam portofolio investasi perusahaan lantaran potensi keuntungannya besar. Namun, Hexana mengatakan manajemen lupa menghitung risiko saham gorengan yang tergolong tinggi.

Menurut hasil penyidikan Kejaksaan Agung, ada potensi kerugian negara sebesar Rp 13,7 triliun akibat pengelolaan investasi Jiwasraya yang melanggar prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). Jaksa Agung S.T. Burhanuddin mengatakan, perseroan menempatkan 95% dari Rp 5,7 triliun aset keuangannya kepada saham-saham perusahaan yang berkinerja buruk.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin