Di Tengah Sentimen Negatif Ekonomi Global, IHSG Akhir Pekan Naik 0,41%

ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Pekerja melintasi layar monitor bursa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (16/4/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sehari menjelang Pemilu 2019 ditutup menguat 0,72 persen atau 46,39 poin pada level 6.481.
Penulis: Happy Fajrian
24/5/2019, 17.37 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan ini, Jumat (24/5), dengan kinerja yang positif. IHSG melanjutkan tren kenaikannya dengan menguat 24,66 poin atau 0,41% ke posisi 6.057,35.

Dengan kenaikan tersebut, IHSG menutup pekan ini dengan penguatan sebesar 230,49 poin atau 3,96%, yakni dari posisi 5.826,87 pada penutupan perdagangan Jumat (17/5) pekan lalu.

Kondisi keamanan di Indonesia yang telah kondusif pasca kerusuhan 22 Mei membuat optimisme investor meningkat dan kembali berburu saham, walaupun sentimen perang dagang yang memanas antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta kondisi perekonomian AS yang melemah masih memberatkan laju bursa saham di Asia.

Mengawali perdagangan dengan penguatan 0,16%, IHSG sangat nyaman bergerak di zona hijau hingga perdagangan berakhir. IHSG bergerak di kisaran 6.037,08 hingga level tertingginya hari ini di posisi 6.080,19. Total perdagangan saham mencapai Rp 7,51 triliun dari 15,83 miliar saham yang ditransaksikan sebanyak 360.007 kali oleh investor.

(Baca: Sentimen Global Potensi Tekan IHSG Meski Kondisi Dalam Negeri Kondusif)

Sebanyak 212 saham berakhir di teritori positif, 183 saham berakhir di teritori negatif, dan 136 saham lainnya berakhir flat. Penguatan IHSG terutama ditopang oleh saham-saham di sektor infrastruktur yang menanjak 1,73% dan aneka industri naik 0,82%.

Namun beberapa saham yang paling signifikan mendorong penguatan IHSG di antaranya saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang naik 2,46%, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) 1,65%, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) 0,99%, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) meroket 6,77%, serta PT Astra International Tbk. (ASII) naik 1,06%.

Dana asing juga masih tercatat mengalir keluar dari pasar saham. Sepanjang hari ini investor asing membukukan penjualan bersih saham sebesar Rp 369,92 miliar, yakni Rp 156,29 miliar di pasar reguler, dan Rp 213,56 miliar di pasar negosiasi/tunai.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) lagi-lagi menjadi sasaran jual investor asing walaupun nilainya jauh lebih kecil dari perdagangan kemarin yang mencapai Rp 330,8 miliar. Hari ini investor asing terpantau melepas saham BRI sebesar Rp 61,2 miliar.

(Baca: Suspensi Baru Dicabut, Harga Saham Taksi Express Langsung Anjlok 34%)

Sementara itu bursa saham di kawasan Asia lainnya mengakhiri perdagangan hari ini dengan kinerja yang bervariasi. Sejalan dengan IHSG, indeks Strait Times naik 0,29%, Hang Seng naik 0,32%, dan Shanghai relatif flat dengan kenaikan tipis 0,02%.

Sedangkan indeks Nikkei terkoreksi 0,16%, PSEi turun 0,73%, Kospi turun 0,69%, dan KLCI Malaysia terkoreksi 0,22%. Kinerja bursa saham Asia dipengaruhi oleh kinerja bursa Wall Street yang pada perdagangan kemarin ditutup dengan koreksi yang lumayan.

Indeks Dow Jones pada penutupan perdagangan Kamis (23/5) turun 1,11%, S&P 500 melemah 1,19% dan Nasdaq Composite negatif 1,59%. Turunnya bursa AS selain karena tekanan perang dagang, juga disebabkan IHS Markit Manufakturing AS periode Mei 2019 turun ke level 50,6 dari sebelumnya 52,6.

IHS markit manufacturing yang berada di atas level 50 menujukkan aktivitas manufaktur yang ekspansif. Penurunan tersebut menunjukkan adanya perlambatan kegiatan manufaktur di AS yang cukup signifikan. Namun penurunan IHS Markit AS tidak hanya di sektor manufaktur tetapi juga di sektor keuangan dan jasa.

(Baca: Ditopang Tiga Sektor, IHSG Diprediksi Tembus 6.800 pada Akhir Tahun)