Optimisme Selimuti Pasar Saham 2021

Arief Kamaludin|KATADATA
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
29/12/2020, 18.08 WIB

Sektor saham perbankan juga memiliki daya tarik tersendiri. "Penemuan vaksin Covid-19 seperti Pfizer dan Moderna, mampu membuat pulihnya permintaan (kredit) di semester pertama 2021," kata Janson.

Dia juga menyarankan untuk memantau saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 4.200 per saham. Lalu, saham PT bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target Rp 7.300 per saham. Saham PT Bank Central Indonesia Tbk (BBCA) dengan target Rp 35.000 per saham.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan IHSG pada 2021 bisa menyentuh level 6.807. Dia juga mengasumsikan laba per lembar saham bisa tumbuh 13% menjadi 415. Sentimen yang bisa mempengaruhinya datang dari stimulus ekonomi di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat senilai US$ 900 miliar.

Dengan adanya stimulus tersebut, terjadi banjir likuiditas yang cukup besar di pasar. "Otomatis likuiditas di dunia bakal meluap dan lari ke emerging market, termasuk Indonesia bakal dapat dampaknya karena kedatangan investor karena banjir likuiditas," kata Lanjar kepada Katadata.co.id.

Pandemi Covid-19 telah membuat dana dari investor asing ramai-ramai keluar. Ini terlihat dari kepemilikan saham asing di bursa yang sudah cukup rendah yaitu sekitar 32% saja. Lanjar mengatakan asing akan kembali menambah portofolio sahamnya di indonesia.

Dari dalam negeri, implementasi Undang-Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja bisa menjadi pendorong laju IHSG tahun depan. Indonesia juga akan membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Indonesia yang dipercaya bisa mendatangkan investasi asing ke proyek-proyek nasional.

Dengan kehadiran ominus law tersebut, hampir semua lini sektor manufaktur bisa mendapatkan imbas positif. Sehingga, saham-saham yang ada di sektor manufaktur, layak menjadi primadona pada 2021 mendatang. Sektor lain yang bisa menjadi primadona di 2021 adalah pertambangan yang berhubungan dengan produksi nikel. Apalagi, Presiden Amerika Serikat Terpilih Joe Biden mengedepankan program energi bersih dan berkelanjutan.

"Clean energy ini otomatis investor melihat akan ada opportunity penggunaan baterai untuk semua listrik. Ini otomatis mendorong ke komoditas nikel untuk menjadi tahunnya mereka karena nikel bahan dasar pembuatan baterai," kata Lanjar.

Berdasarkan asumsi makro ekonomi, Lanjar mengatakan Bank Indonesia kemungkinan besar akan menaikan tingkat suku bunga menjadi 4% dari yang saat ini sebesar 3,75%. Hal itu mengiringi inflasi yang meningkat dengan target 3% dan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5%.

Perusahaan finansial Amerika Serikat, JP Morgan memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa menyentuh rekor di level 6.800 pada akhir tahun depan. "Make Indonesia Great Again," menjadi tajuk yang digunakan oleh JP Morgan.

Tim JP Morgan yang diwakili Kepala Riset dan Strategi JP Morgan Indonesia Henry Wibowo menilai, IHSG bisa menembus level tertinggi sepanjang masa, sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah ke Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat. Selain itu, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) bisa positif 4%, dari kontraksi 2% pada 2020.

"Yang terbaik masih akan datang. Kami beralih lebih positif pada prospek 2021 untuk ekuitas Indonesia, karena kami memperkirakan IHSG akan mencapai rekor tertinggi," kata Henry mewakili tim riset yang dikutip Kamis (10/12).

Menurutnya, kembalinya aliran dana asing dan pengembangan vaksin Covid-19 bakal menjadi penggerak utama kenaikan indeks. Belum lama ini, tim riset JP Morgan juga meningkatkan status Indonesia dari neutral menjadi Overweight dalam alokasi aset negara. Indonesia juga merupakan salah satu negara pilihan dalam strategi di Asia Tenggara.

Penguatan indeks juga dipengaruhi oleh sudah disahkannya Undang-Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja pada Oktober 2020 lalu. JP Morgan menilai Omnibus Law ini merupakan perubahan besar untuk memulai salah satu reformasi kebijakan terbesar yang pernah dilakukan Indonesia sejak 1998.

Pengesahan Omnibus Law bertujuan untuk meningkatkan investasi asing langsung (FDI). Omnibus Law juga dipercaya mampu membuat Indonesia menjadi hub manufaktur dan teknologi berikutnya di Asia, seperti kendaraan listrik, baterai, dan cloud data center.

Kenaikan indeks juga dipengaruhi oleh dibentuknya Otoritas Investasi Nusantara yang merupakan dana kekayaan negara alias sovereign wealth fund (SWF). Pembentukan tersebut dinilai penting untuk memberikan pembiayaan alternatif untuk mendorong proyek infrastruktur dan transisi rencana jangka panjang untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan dari Jakarta.

Pemerintah berencana untuk menyuntikkan US$ 5 miliar dari internal dan mengumpulkan US$ 20 miliar dari investor eksternal. "Kami berharap untuk melihat tema yang lebih besar tentang daur ulang aset di badan usaha milik negara, seiring dengan mulai berjalannya rencana SWF," seperti dikutip dari riset JP Morgan.

Halaman: