IHSG Stabil di 6.000 Meski Covid-19 Memburuk, Apa Penyebabnya?

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1/2021).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
16/7/2021, 19.44 WIB

"The Fed membanjiri likuiditas pasar global," kata Janson kepada Katadata.co.id.

Selain itu, rencana penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO) dengan dana jumbo dari PT Bukalapak.com, juga mampu menggairahkan pasar modal yang terlihat dari stabilnya kinerja IHSG.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, situasi buruk pandemi Covid-19 yang mempengaruhi IHSG sudah terjadi pada tahun lalu. Saat ini, upaya pemulihan perekonomian juga sudah berada pada jalur yang benar, dimana terlihat dari peningkatan impor bahan baku.

Meski begitu, ancaman terhadap pemulihan ekonomi masih menghantui dengan diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang ketat karena kasus Covid-19 yang meningkat. Hal ini bisa sedikit mengganggu dan menekan ekonomi pada triwulan III-2021.

"Sekarang sih dapat dibilang (IHSG) sedang flat, konsolidasi. Buat turun juga terbatas asal coronanya jangan kelamaan naik terusnya," kata Suria kepada Katadata.co.id.

Posisi investor asing saat ini yang sudah tidak dominan dan digantikan oleh investor ritel, juga menjaga IHSG bisa stabil. Investor ritel yang didominasi oleh investor berusia muda ini lebih suka melakukan investasi pada saham yang berbasis teknologi.

Dengan kehadiran startup berstatus unicorn, seperti Bukalapak maupun kabar IPO GoTo yang emisinya besar, bisa meningkatkan minat investor tersebut. "Ritel yang didominasi millenial kan lebih suka new economy seperti fintech dan bank digital," kata Suria.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin