Rupiah Melemah Dekati 15.500/US$, Emiten di Sektor Ini Bakal Terdampak

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Ilustrasi. Pelemahan rupiah turut berimbas kepada IHSG dan emiten terkait, terutama yang aktivitas bisnisnya berkaitan dengan aktivitas impor.
18/10/2022, 13.44 WIB

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya, mengatakan bahwa rupiah melemah karena dolar masih di level tertingginya. Selain itu, investor masih menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Kamis (18/10), hari ini.

"Emiten-emiten yang diuntungkan yaitu emiten yang porsi pemasukan ekspor besar dalam bentuk US$ seperti saham-saham komoditas. Tantangannya, bisa menggerus laba emiten yang bahan baku atau porsi utang US$-nya besar," kata Cheryl, saat dihubungi Katadata.co.id. 

Selain itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana, menyampaikan penguatan dollar memang terjadi karena suku bunga The Fed yang terus naik. "IHSG sendiri terus tekoreksi hingga sekitar level 6.800, salah satunya karena faktor pelemahan rupiah akan berdampak pada emiten yang melakukan impor bahan baku," ungkap Wawan.  

Saat ini, katanya, pasar sudah mengantisipasi (price in) pelemahan rupiah dengan ekspektasi sekitar Rp 15.500 per US$ dan menunggu langkah berikutnya dari The Fed. Bank Indonesia sendiri diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga bila The Fed naik pada bulan November nanti.

"Katalis positif yang dapat diharapkan dalam jangka pendek yaitu dari rilis laporan keuangan kuartal 3," pungkasnya. 

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail