Bursa Wall Street Anjlok Imbas Inflasi Tinggi di Amerika Serikat

xPACIFICA/Getty Image
Wall Street
19/2/2024, 07.48 WIB

Indeks bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street merosot pada penutupan perdagangan, Jumat (16/2) lalu. Penurunan tersebut disebabkan oleh laporan tingginya angka inflasi di AS, yang membuat investor khawatir bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga lebih lambat tahun ini.

Sementara itu, indeks S&P 500 terkoreksi sebesar 0,48%, berakhir di level 5.005,57. Dow Jones Industrial Average juga turun sebanyak 145,13 poin atau 0,37%, dan berakhir di 38.627,99. Kemudian, Nasdaq Composite tergelincir 0,82% menjadi 15.775,65.

Ketiga indeks utama tersebut mengakhiri kenaikan beruntun selama lima minggu, bahkan minggu ini ditutup dengan performa negatif. S&P 500 tercata mengalami penurunan sebesar 0,42%, Dow Jones tergelincir 0,11%, dan Nasdaq ambles 1,34%.

Indeks harga produsen (PPI) untuk indikator inflasi grosir, pada periode Januari 2024 mengalami kenaikan sebesar 0,3%. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebelumnya, memperkirakan kenaikan hanya sebesar 0,1%.

Apabila sektor makanan dan energi jadi pengecualian inflasi tersebut, maka PPI inti menunjukkan kenaikan sebesar 0,5%, melebihi ekspektasi kenaikan 0,1%.

Tak hanya itu, imbal hasil treasury dengan tenor 10 tahun melesat di atas 4,3% akibat laporan PPI atau inflasi grosir yang tinggi. Bahkan, imbal hasil treasury dengan tenor 2 tahun mencapai 4,7% hingga mencatat level tertinggi sejak bulan Desember.

Investor Mencermati Kebijakan The Fed

Di samping itu, minggu tersebut menjadi periode yang penuh gejolak bagi pasar saham. Para investor masih menunggu dan mencermati arah ekonomi AS, serta memprediksi kapan The Fed akan segera menurunkan suku bunga acuan.

Sebelumnya, pada Selasa (13/2), Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan harian terbesar hampir dalam satu tahun terakhir. Penurunan tersebut terjadi setelah data indeks harga konsumen utama untuk bulan Januari menunjukkan kenaikan sebesar 3,1%.

Angka tersebut melebihi perkiraan sebelumnya yakni sebesar 2,9%. Pasca laporan tersebut, S&P 500 rebound pada Kamis (15/2) dan menutup perdagangan pada level rekor baru tertinggi atau all time high.

Kepala eksekutif di AXS Investments, Greg Bassuk menyarankan, agar para investor untuk siap menghadapi volatilitas jangka pendek. Sampai saat ini, sebagian besar investor yakin penurunan suku bunga akan mulai pada paruh pertama 2024. Namun diperkirakan The Fed akan menundanya hingga paruh kedua.

Selain itu, Bassuk menyebut, gejolak pasar saham menghadapi pergulatan terutama dari data inflasi AS yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga bakal ditunda serta adanya indikasi kuat dari pertumbuhan pendapatan, dan ekonomi yang solid.

“Yang meyakinkan investor ada lebih banyak pertumbuhan di masa depan untuk saham," kata Bassuk dikutip dari CNBC, Senin (18/2).

Reporter: Nur Hana Putri Nabila