Wall Street Ditutup Merosot Akhiri Tren Kenaikan Tiga Hari Beruntun

Unsplash.com
Ilustrasi bursa Wall Street, New York Stock Exchange, Amerika Serikat
26/4/2024, 07.41 WIB

Indeks bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS) ditutup turun pada perdagangan Kamis (25/4) waktu setempat mengakhiri tren kenaikan selama tiga hari beruntun. Pelemahan ini dipicu oleh proyeksi kinerja yang mengecewakan dari Meta, pemilik Facebook dan Instagram sehingga menekan industri teknologi.  

Dow Jones Industrial Average turun 375,12 poin atau 0,98%, menjadi 38.085,80. Tak hanya itu S&P 500 tergelincir 23,21 poin, atau 0,46% ditutup di level 5.048,42 dan Nasdaq Composite terkoreksi 100,99 poin atau 0,64%, menjadi 15.611,76.

Seiring dengan hal itu, data pertumbuhan ekonomi AS yang lambat dan turunnya saham Meta membebani pasar ekuitas. Imbal hasil obligasi AS mencapai titik tertinggi lebih dari lima bulan terakhir setelah data menunjukkan adanya tanda-tanda meningkatnya inflasi. Hal ini mengurangi harapan terkait penurunan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat.

Menurut Menteri Keuangan AS Janet Yellen, pertumbuhan ekonomi AS kemungkinan lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya, meskipun data produksi kuartal pertama menunjukkan hasil yang lemah.

Selain itu, Yellen juga menyatakan pemerintahan Biden tetap terbuka terhadap semua opsi untuk menanggapi ancaman yang timbul dari kelebihan kapasitas industri China. Sementara itu, harga emas mengalami kenaikan dan harga minyak ditutup pada level yang lebih tinggi.

Di samping itu, indeks MSCI dari saham-saham di seluruh dunia turun 3,87 poin, atau 0,51%, menjadi 755,59.

Kemudian saham Alphabet dan Microsoft menguat setelah kedua perusahaan melaporkan hasil kuartalan yang melampaui perkiraan Wall Street. Namun, saham Intel turun 8% setelah perusahaan tersebut memperkirakan pendapatan dan laba kuartal kedua di bawah estimasi pasar.

Selain dari laporan keuangan perusahaan, investor juga tengah mencerna perlambatan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama.

“Meskipun ada prediksi perlambatan PDB pada tahun 2024, tidak ada indikasi bahwa resesi akan segera terjadi,” kata Stephen Rich, Ketua dan Kepala Eksekutif Mutual of America Capital Management, dikutip Reuters pada Jumat (26/4).  

Selain itu, laporan inflasi yang melampaui perkiraan telah menekan pasar dan mengurangi harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan sekitar 70% kemungkinan penurunan pertama akan terjadi pada bulan September.

Bahkan, para investor tidak sepenuhnya yakin akan ada penurunan suku bunga lagi tahun ini, setelah sebelumnya memperkirakan sekitar enam kali penurunan pada awal tahun.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila