Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street menguat pada perdagangan Jumat (11/10). Penguatan didorong oleh laporan dan kinerja pendapatan bank-bank besar. Kenaikan ini juga menciptakan tren positif secara mingguan.
Kinerja bursa juga dipengaruhi imbal hasil obligasi AS yang cenderung lebih rendah setelah laporan inflasi, data kepercayaan konsumen menguatkan dan harapan investor terkait penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Hal ini tercermin dari kinerja Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 409,74 poin (0,97%) menjadi 42.863,86 hingga mencatatkan rekor tertinggi. Kenaikan ini didorong lonjakan saham perbankan sebesar 4,21%, yang merupakan kenaikan harian terbesar sejak Mei 2023.
Dibarengi dengan kinerja S&P 500 (.SPX) yang terapresiasi 34,98 poin (0,61%) ke level 5.815,03. Tak hanya itu, Nasdaq Composite (.IXIC) terangkat 60,89 poin (0,33%) menjadi 18.342,94.
Dengan penguatan bursa Wall Street, Kepala Riset Ekuitas di Amundi AS, Boston, Craig Sterling memperkirakan keuntungan perusahaan bakal meningkat jelang akhir tahun ini dan tahun depan. Pertumbuhan tersebut tidak hanya akan terjadi pada saham-saham tertentu, tetapi juga di seluruh pasar.
Tak hanya itu, ia menilai laporan keuangan dari perbankan juga mengindikasikan perkembangan kinerja yang positif. Selama ini, bank-bank tersebut menjadi perhatian besar bagi investor, mengingat faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kurva imbal hasil, dan aktivitas di pasar modal.
“Dan dua bank terbesar kami saat ini mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja,” kata Sterling dikutip Reuters, Senin (14/10).
Menurut data LSEG, pertumbuhan pendapatan S&P 500 juga diperkirakan mencapai 4,9%, sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi 5,2% pada awal Oktober. Namun, kenaikan ini terhambat oleh penurunan 8,78% pada saham Tesla setelah acara robotaxi yang tidak memberikan banyak detail praktis.
Ruang Penurunan Suku Bunga The Fed
Seiring dengan hal tersebut, Indeks Harga Produsen (PPI) AS untuk bulan September tidak berubah, sedikit di bawah perkiraan dengan kenaikan 0,1%. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi mulai melambat sehingga dapat memberi ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Adapun dalam periode 12 bulan hingga September, PPI naik 1,8%, sedikit di atas perkiraan 1,6%. Di sisi lain, Indeks Harga Konsumen (CPI) menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan karena naiknya biaya barang.
Berdasarkan survei University of Michigan, sentimen konsumen awal bulan ini berada di angka 68,9, atau lebih rendah dibandingkan angka 70,1 pada bulan September dan perkiraan 70,8. Hal itu akibat kekhawatiran konsumen terhadap harga yang tinggi.
Adapun spekulasi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada pertemuan November sempat berubah-ubah, namun kini mencapai 88,4%, dengan peluang 11,6% yang mengindikasikan suku bunga tidak akan berubah. Sebelumnya, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga yang lebih besar.
Namun dengan data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat, investor tak berharap banyak terkait penurunan suku bunga tersebut. Selain itu, komentar Ketua The Fed Jerome Powell dan pejabat lain juga mengindikasikan perubahan fokus dari penanganan inflasi tinggi ke stabilitas pasar tenaga kerja.