Disuntik Rp 451 M oleh IFC, Emiten ASSA Kembangkan Anteraja

Arief Kamaludin|KATADATA
28/7/2021, 14.16 WIB

PT Adi Sarana Armada (ASSA) mendapat suntikan dana investasi dari anggota kelompok Bank Dunia, International Finance Corporation alias IFC senilai Rp 451 miliar atau US$ 31 juta. Langkah tersebut sekaligus menjadikan IFC sebagai pemegang saham emiten transportasi dan logistik tersebut.

Dana tersebut akan digunakan perusahaan untuk mengembangkan bisnis utama di sektor leasing kendaraan bermotor dan logistik. 

IFC resmi menjadi pemegang saham ASSA dengan membeli obligasi konversi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini merupakan yang pertama sejak adanya pembaruan peraturan pada 2019 yang bertujuan memperkuat perlindungan hak pemegang saham minoritas.

Investasi IFC tersebut tercatat di pasar modal selama dua tahun dan tanpa bunga. Di mana, obligasi diterbitkan melalui penawaran hak memesan efek terlebih dahulu (PHMETD) atau right issue oleh ASSA.

“Kami menyambut IFC untuk menjadi pemegang saham kami setelah konversi daripada obligasi konversi,” kata Presiden Direktur ASSA Prodjo Sunarjanto dalam keterangan resminya, Rabu (28/7).

Masuknya IFC sebagai pemegang saham ASSA bertujuan meningkatkan sektor pelayanan logistik dan konektivitas jaringan transportasi. Hal tersebut diharapkan mampu membuka jalan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Adi Sarana Armada juga berencana memperluas sektor pelayanan logistik pengiriman ekspresnya yakni PT Tri Adi Bersama atau Anteraja. Melalui perluasan layanan bagi sektor e-commerce, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Anteraja merupakan startup penyedia layanan pengiriman ekspres berbasis data dan teknologi digital dan memiliki lebih dari 15.000 kurir. Anteraja mampu mengirimkan lebih dari 700 ribu paket setiap harinya. Startup logistik ini juga terafiliasi salah satu platform e-commerce di Indonesia dan penyedia layanan logistik ekspres terbesar dan berbasis teknologi dari Tiongkok.

“Pandemi Covid-19 menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi, sehingga investasi seperti ini menjadi sangat penting dan diharapkan dapat menjaga, serta menciptakan lapangan kerja baru,” kata IFC Vice President Asia dan Pasifik Alfonso Garcia Mora.

Digitalisasi dan penetrasi internet mendorong perkembangan pasar e-commerce di Indonesia. Saat ini, e-commerce menyumbang nilai barang dagangan bruto (GMV) sebesar US$ 12 miliar atau setara Rp 174 triliun per tahun. Angka tersebut diproyeksikan tumbuh menjadi US$ 30 miliar atau Rp 435 triliun per tahun pada 2025 mendatang.

Kompetisi dan inisiatif akses digital antar platform e-commerce juga turut membuka pintu bagi jutaan pengusaha wanita dalam mengembangkan bisnis rumahan. Pertumbuhan penjualan online di 24 dari 34 provinsi di Indonesia kini melampaui Jakarta. Alhasil, akses masyarakat terhadap barang dan jasa tersebut mempercepat pengembangan UMKM di Tanah Air.

Di samping itu, pertumbuhan di berbagai daerah menunjukkan bahwa e-commerce mampu membantu mewujudkan pemerataan kesejahteraan. Namun, kemajuan e-commerce dapat terhambat apabila kebutuhan akan layanan logistik melebihi kapasitas bisnis logistik tradisional yang ada untuk keperluan pengiriman barang.

Melalui pendanaan kepada ASSA dan dukungan terhadap peningkatan cakupan layanan dan teknologi Anteraja, kemitraan IFC dan ASSA diharapkan menjadi solusi pelayanan logistik berkualitas tinggi dengan biaya efisien untuk mengatasi kesenjangan kebutuhan logistik.

Melansir RTI, pada sesi perdagangan kedua Rabu (28/7) saham ASSA mencatatkan penurunan 1,56% ke level Rp 2.520 per saham. Meskipun begitu, investor asing masih mencatatkan aksi beli sebanyak Rp 6,03 miliar di seluruh market. 

Pagi tadi, harga saham ASSA masih dibuka menguat di level Rp 2.590 per saham. Sepanjang 2021, saham ASSA mencatatkan kenaikan 251,49%