Tunggu Izin, Tiga Anak Usaha Rokok Elektrik Gudang Garam Belum Aktif

ANTARA FOTO/DESTYAN SUJARWOKO
Pekerja melinting rokok sigaret kretek di salah satu industri rokok di Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (31/5).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
9/9/2021, 13.04 WIB

Di tengah pandemi Covid-19, Heru mengatakan tidak khawatir adanya perubahan perilaku konsumen dari rokok konvensional ke rokok elektrik dengan alasan kesehatan. Pasalnya, dibandingkan beralih ke rokok elektrik, lebih baik berhenti untuk merokok.

"Apakah konsumen bersikap begitu (berhenti merokok)? Saya tidak yakin itu. Yang merokok, tetap merokok. Mungkin tidak berani merokok di cafe karena terlalu banyak orang," kata Heru.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan, sejauh ini tidak ada studi yang secara positif menunjukkan, rokok elektrik lebih aman dan lebih bagus dari rokok biasa. Selain itu, bahan kandungan rokok elektrik jauh lebih banyak zat-zat sintetis dibandingkan rokok kretek yang cukup banyak zat alaminya.

"Jadi tidak ada jaminan bahwa seorang perokok yang pindah ke rokok elektrik akan lebih sehat dibandingkan rokok konvensional," kata Istata.

Sepanjang semester I-2021, Gudang Garam mencatatkan laba bersih Rp 2,31 triliun. Sayangnya laba bersih tersebut mengalami penurunan hingga 39,53% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,82 triliun.

Padahal, pendapatan Gudang Garam pada periode enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp 60,58 triliun atau meningkat 12,92% dibandingkan semester I-2020 Rp 53,65 triliun. Salah satu faktornya karena biaya pokok penjualan yang mencapai Rp 54,04 triliun atau naik 20,12% menjadi Rp 44,99 triliun.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin