"Selain mendigitalkan proses bisnis yang ada, kami percaya memiliki anak usaha bank digital akan membawa BNI ke tingkat layanan perbankan yang lebih tinggi," ujarnya.

Dengan suku bunga yang rendah, Royke memastikan tidak akan mengganggu perolehan laba perusahaan. Dengan suku bunga rendah, dia optimistis bisa meningkatkan penyaluran kredit. Pada 2022, BNI memperkirakan kreditnya tumbuh mendekati dua digit alias mendekati 10%.

"Sebagai perusahaan publik, kami punya target kinerja. Sehingga penurunan bunga kredit tidak mengganggu kinerja yang telah dicanangkan," kata Royke.

Meski begitu, perbankan perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias The Fed. Pasalnya, suku bunga The Fed diprediksi naik pada pertengahan tahun depan.

Dengan kenaikan suku bunga The Fed, membuat Bank Indonesia bisa ikut menaikan suku bunga acuannya. Karena suku bunga BI naik, turut berdampak pada biaya dana alias cost of fund industri perbankan.

Agar penyaluran kredit tetap bisa tumbuh, Royke berharap kebijakan relaksasi yang diberikan BI seperti giro wajib minimum (GWM) dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) bisa diperpanjang. "Agar bisa menekan biaya cost of fund perbankan," katanya.

Royke pun berharap, ada regulasi untuk menjaga level kompetisi yang sehat di industri perbankan. Pasalnya, banyak bank yang menawarkan produk tabungan dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi saat ini.

Halaman: