Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai angka 5,2 persen masih masuk akal untuk dicapai. Apalagi dengan memperhitungkan aliran masuk modal dari luar negeri.

Aliran modal yang dimaksud yaitu dana repatriasi terkait program pengampunan pajak (tax amnesty) dan dana investasi masuk seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap APBN yang dirancang oleh pemerintah. (Baca juga: Prediksi BI, Repatriasi Hanya Akan Capai Rp 180 Triliun)

Selain itu, di tengah perdagangan luar negeri yang kemungkinan belum pulih, pemerintah masih mengandalkan dorongan ekonomi dari internal seperti konsumsi pemerintah, korporasi dan rumah tangga, “Jadi menghitung sisi positif dan negatif saya pikir ada di angka 5,1 persen," kata Sri Mulyani.

(Baca juga: Target Angka Kemiskinan 2017 Lebih Rendah dari Tahun Ini)

Bila nantinya pemerintah mengajukan APBN perubahan 2017, dia berharap asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut bisa direvisi naik. Jadi, bukan turun seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan. "Kami harap kalau ada APBNP, dia (pertumbuhan ekonomi) akan ke atas," ujarnya.

Sedangkan Bank Indonesia masih melihat adanya peluang ekonomi tumbuh di atas 5,1 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan pihaknya memprediksi pertumbuhan 2017 bisa di kisaran 5,1 hingga 5,5 persen. Agus pun meyakini, ekonomi bisa tumbuh 5,2 persen.

Selain menyepakati pertumbuhan ekonomi, pemerintah dan Komisi Keuangan DPR juga menyepakati asumsi ekonomi lainnya, yaitu inflasi sebesar 3 persen sampai 5 persen, nilai tukar rupiah di level Rp 13.300 per dolar Amerika, dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan di level 5,3 persen.

Halaman: