BPS Meramal Deflasi dan Harga Barang Turun Selama 3 Bulan

KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis: Yura Syahrul
1/3/2016, 17.56 WIB

Sidqi menghitung, jika kenaikan harga BBM sebesar Rp 500 per liter berpengaruh terhadap kenaikan inflasi sebesar 0,6 persen maka semestinya terjadi deflasi sebesar 0,6 persen dari penurunan harga BBM. Namun, sektor transportasi juga mengikuti penurunan harga BBM dengan mengerek tarifnya. “Cuma bagaimana transportasi ini menurunkan tarif. Jangan banyak alasan ini-itu,” katanya.

(Baca: Bunga Turun, BI Prediksi Konsumsi Tumbuh 5 Persen)

Seperti diketahui, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,09 pada Februari lalu setelah bulan sebelumnya inflasi 0,51 persen. Dengan begitu, inflasi secara tahun kalender (Januari-Februari 2016) sebesar 0,42 persen dan secara tahunan (year on year) inflasi 4,42 persen.  

Berdasarkan komponen inflasi, komponen inti pada Februari 2016 masih mengalami inflasi sebesar 0,31 persen. Sedangkan secara tahunan mencapai sebesar 3,59 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,62 persen. “Yang bahaya di atas 5 persen,” katanya.

Adapun komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) deflasi 0,76 persen karena penurunan TDL dan harga BBM pada Februari lalu. Deflasi juga terjadi pada komponen harga makanan (volatile food) sebesar 0,68 persen karena penurunan beberapa harga komoditas hasil pertanian. “Artinya harga terkendali.”

Di sisi lain, komponen energi pada Februari 2016 juga deflasi sebesar 2,04 persen. Suryamin menilai, seharusnya deflasi ini berdampak pada penurunan biaya produksi sehingga harga jual barang-barang hasil produksi bisa turun.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati