Dipengaruhi Penurunan Impor, Neraca Perdagangan Mei Diramal Surplus

Katadata
Ilustrasi, aktivitas ekspor-impor. Pengamat memproyeksi neraca perdagangan Mei 2020 akan surplus didorong oleh kontraksi impor yang melebihi penurunan ekspor.
15/6/2020, 09.42 WIB

Di sisi lain, kondisi pasar komoditas belum terlalu pulih secara signifikan, kecuali harga minyak. Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) tercatat naik 7,58%. Sementara, harga karet global tercatat naik 5,30%.

"Harga batu bara malah mengalami penurunan tipis hingga -0,67%," ujarnya.

Surplus neraca perdagangan juga diproyeksi oleh Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi. Menurutnya, beraca perdagangan Mei 2020 akan surplus US$ 380 juta.

Ia memproyeksi, ekspor tercatat sebesar US$ 12,5 miliar, terkontraksi hingga minus 16%, namun masih tumbuh positif 2,2% dibanding bulan sebelumnya.

"Ekspor masih tumbuh karena demand dari beberapa negara tujuan ekspor Indonesia, khususnya Tiongkok, mulai berangsur pulih," kata Eric kepada Katadata.co.id.

Sementara, nilai impor diperkirakan sebesar US$ 12,1 miliar, terkontraksi hingga minus 3,7% secara bulanan dan minus 17,3% secara tahunan.

Impor Mei 2020  turun dibanding April 2020 karena permintaan barang konsumsi turun, terpengaruh pelemahan daya beli masyarakat dan permintaan bahan baku dari perusahaan tumbuh melambat. Hal inilah yang ia pandang, akan menyebabkan neraca perdagangan Mei 2020 tercatat surplus.

(Baca: Pandemi dan Disrupsi Perdagangan Internasional)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria