Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Turun Jadi US$ 136 Miliar

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat.
8/6/2021, 13.40 WIB

Adapun rasio utang pemerintah pun mencapai 41,18% terhadap Produk Domestik Bruto. "Peningkatan secara nominal disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat perlambatan ekonomi di masa pandemi Covid-19," demikian tertulis dalam buku APBN KiTa edisi Mei 2021 yang dirilis akhir Mei 2021.

Berdasarkan buku APBN Kita, komposisi utang pemerintah per April 2021 masih didominasi surat berharga negara (SBN) dengan porsi 86,74% atau senilai Rp 5.661,54 triliun. Secara perinci, SBN diterbitkan di dalam negeri Rp 4.932,96 triliun berupa surat utang negara (SUN) Rp 3.577,61 triliun dan surat berharga syariah negara (SBSN) Rp 815,35 triliun. Kemudian, terdapat pula SBN valas Rp 1.268,58 triliun yang meliputi SUN Rp 1.023,6 triliun dan SBSN Rp 244,98 triliun.

Selain SBN, utang pemerintah berbentuk pinjaman Rp 865,74 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 12,32 triliun dan luar negeri Rp 853,42 triliun. Pinjaman luar negeri berasal dari bilateral Rp 328,59 triliun, multilateral Rp 489,81 triliun, dan bank komersial Rp 44,02 triliun.

Selama 2021 saja, realisasi pembiayaan utang per akhir April telah mencapai Rp 410,09 triliun. Pada bulan keempat tahun ini, terdapat satu pinjaman baru yang ditandatangani pemerintah, yaitu pinjaman bilateral dengan Economic Development Cooperation Fund (EDCF) untuk kegiatan The Development and Improvement of Indonesian Aids to Navigation, dengan Direktorat Kenavigasian Kementerian Perhubungan yang bertindak sebagai executing agency.

Pinjaman tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan keselamatan navigasi di perairan melalui peningkatan keandalan dan teknologi pada delapan menara suar dan 95 rambu suar di 20 distrik navigasi di Indonesia.

Selain itu, pemerintah menandatangani perjanjian debt swap dengan Jerman melalui program The Debt2Health agreement yang bernilai € 50 juta dari utang Indonesia kepada Jerman. Adapun hasil dari program tersebut akan digunakan untuk mendukung perluasan respons tuberkulosis di Indonesia. Ini termasuk layanan dan pengobatan tuberkulosis yang resistan terhadap berbagai obat, identifikasi kasus berbasis komunitas, dan tindak lanjut pengobatan.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria