Sri Mulyani Beri Sinyal Cukai Rokok Naik Tahun Depan

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut kondisi pandemia akan menjadi pertimbangan utama untuk mengukur tingkat cukai plastik.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/8/2021, 19.14 WIB

Penerimaan cukai mengalami pertumbuhan rata-rata 6,1 persen pada periode tahun 2017–2019. Capaian ini terutama berasal dari CHT dan porgram penertiban cukai berisiko tinggi (PCBT) pada rokok ilegal. Selain itu, kinerja ini juga didorong adanya peningkatan pengawasan dan penindakan terhadap barang kena cukai (BKC) ilegal, penerapan sistem aplikasi cukai (SAC), serta peningkatan audit terhadap para pengusaha BKC.

Sementara itu, pertumbuhan penerimaan cukai tahun lalu melambat hanya sebesar 2,3%, di bawah rata-rata empat tahun sebelumnya. Penerimaan cukai ditopang CHT yang tumbuh 3,3% dan EA yang melesat 97,3%.

Lonjakan penerimaan cukai EA mengalami lonjakan didorong peningkatan kebutuhan atas bahan baku sanitasi desinfektan dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Di sisi lain, cukai MMEA tahun 2020 mengalami kontraksi sangat dalam sebagai dampak kebijakan PSBB terhadap sektor pariwisata.

Selain penerimaan dari cukai, komponen pembentuk penerimaan kepabeanan dan cukai juga berasal dari setoran bea masuk dan bea keluar.

Pemerintah menargetkan pendapatan dari bea masuk dalam RAPBN 2022 sebesar Rp Rp35,1 triliun, naik 5,7% dari APBN 2021 sebesar Rp 33,2 triliun. Sedangkan pendapatan dari bea keluar ditargetkan Rp 4,9 triliun, naik 172% dari APBN 2021 sebesar Rp 1,8 triliun.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said