Sinyal Resesi AS Makin Kuat, Ekonom Prediksi Terjadi pada Tahun Depan

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly/wsj/dj
Ilustrasi. Para ekonom memperkirakan, resesi ekonomi di AS akan terjadi karena The Federal Reserve siap mengambil langkah agresif dalam mengendalikan lonjakan inflasi.
Penulis: Agustiyanti
14/6/2022, 14.52 WIB

Namun, banyak ekonom yang disurvei khawatir, kenaikan bunga The Fed akan membawa dampak yang lebih buruk, mengingat parahnya situasi inflasi dan fakta bahwa kebijakan moneter perlu bergeser ke pengaturan yang lebih ketat dalam waktu singkat untuk mengatasinya.

“Ini bukan pendaratan pesawat di jalur pendaratan biasa. Ini mendaratkan pesawat di atas tali, dan angin bertiup kencang,” kata Tara Sinclair, ekonom di Universitas George Washington.

Ia menilai gagasan bahwa The Fed dapat menurunkan inflasi ke target 2% Fed tanpa menciptakan gejolak lain pada perekonomian tidak realistis.

Dibandingkan dengan survei Februari, lebih banyak ekonom kini berpandangan bahwa inflasi inti, yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, akan melebihi 3% pada akhir 2023. Sekitar 12% responden memperkirakan inflasi sangat mungkin tetap berada di atas 4% pada awal 2023 dan sebagian menilai inflasi tidak mungkin berkurang hingga separuhnya pada tahun yang sama.

Ketegangan geopolitik, dan kenaikan biaya energi yang mungkin menyertainya, disebut-sebut sebagai faktor yang berpotensi menjaga tekanan inflasi selama 12 bulan ke depan. Ini diikuti oleh gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan. Pada akhir tahun, estimasi median untuk inflasi inti adalah 4,3%.

Jonathan Wright, seorang ekonom di Universitas Johns Hopkins yang membantu merancang survei tersebut, mengatakan bahwa pesimisme yang menonjol di sekitar inflasi dan pertumbuhan memiliki nada stagflasi. Namun, ia mencatat keadaannya jauh berbeda dengan tahun 1970-an, ketika istilah tersebut mewujudkan campuran yang jauh lebih buruk, yakni  inflasi dan resesi yang tinggi. 

Hampir 40% ekonom memperingatkan bahwa The Fed akan gagal mengendalikan inflasi jika hanya menaikkan suku bunga  menjadi 2,8% pada akhir tahun. Para ekonom menuntut kenaikan suku bunga 0,5% pada masing-masing dari tiga pertemuan bank sentral berikutnya pada Juni, Juli dan September sebelum mengurangi ke kenaikan 0,25% untuk dua pertemuan terakhir tahun 2022.

Beberapa responden memperkirakan The Fed akan menaikkan 0,75% pada bulan ini. 

"Kenaikan suku bunga lebih lanjut juga kemungkinan besar terjadi hingga tahun depan," kata Christiane Baumeister, seorang profesor di Universitas Notre Dame,.

Ia memperkirakan  The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya hingga 4% pada 2023. Itu tepat di atas tingkat suku bunga acuan. Mayoritas ekonom yang disurvei percaya, ini akan menjadi puncak dari siklus pengetatan ini.

Halaman:
Reporter: Agustiyanti