Siap-siap Inflasi dan Kemiskinan Melejit Jika Harga BBM Subsidi Naik

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.
Sejumlah kendaraan antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar subsidi di salah satu SPBU di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (27/8/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
29/8/2022, 18.01 WIB

Kenaikan harga pangan ini akan lebih terasa bagi masyarakat menengah bawah. Alasannya, porsi yang mereka keluarkan untuk membeli kebutuhan pangan lebih besar dibandingkan masyarakat menengah atas.

Kenaikan harga ini kemudian menaikkan angka garis kemiskinan yang dihitung Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga akan ikut berpengaruh terhadap peningkatan jumlah orang miskin.

"Di kalangan bawah, dampaknya untuk makan mereka jadi lebih susah. Inflasi yang naik 8% bagi kalangan menengah atas paling hanya mengurangi biaya jajan dan kebutuhan tersiernya saja. Kalau kalangan bawah itu berarti akan mengurangi ongkos dia untuk belanja makan," kata Faisal.

Namun Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan menilai kenaikan harga BBM tidak serta merta mendorong angka kemiskinan naik tinggi. Besar kecilnya dampak yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan jaring pengaman sosial.

"Kalau bantuan sosialnya cukup besar cakupannya, tidak hanya untuk keluarga miskin saja, tapi juga yang near-poor, dampak kenaikan harga BBM terhadap angka kemiskinan akan kecil atau bahkan tidak ada," ujarnya.

Pemerintah baru saja mengumumkan penambahan anggaran bantuan sosial sebesar RP 24,17 triliun untuk mengkompensasi kenaikan harga-harga. Ini meliputi bantuan langsung tunai (BLT) kepada 20,65 juta keluarga sebesar Rp 12,4 triliun. Bantuan subsidi upah sebesar Rp 9,6 triliun serta bantuan untuk daerah sebesar Rp 2,17 triliun.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said