Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan pada posisi Rp 16.450 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pagi (26/6). Berdasarkan data Google Finance, rupiah melemah 0,25% atau 40,80.
Pelemahan rupiah diperkirakan bakal berlanjut pada hari ini. Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra melihat potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.400 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 16.330 per dolar AS.
"Kondisi indeks dollar AS pagi ini masih memperlihatkan kenaikan. Indeks dolar AS pagi ini bergerka di atas 105.60, kemarin pagi di kisaran 105.40," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (26/6).
Menurut Ariston, kenaikan indeks dolar AS sebagai efek dari data ekonomi AS yang menunjukkan kenaikan dari harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen. Sehingga hal ini berpotensi menyumbang inflasi AS.
Selain itu, pernyataan petinggi Bank Sentral AS, The Fed, Michelle Bowman membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi AS masih sulit turun.
Senada dengan Ariston, Analis Mata Uang Lukman Leong juga memprediksi pelemahan rupiah pada kisaran Rp 16.350 - Rp 16.500 per dolar AS karena pernyataan hawkish pejabat The Fed.
"Bowman yang mengatakan bahwa suku bunga bisa dinaikkan apabila inflasi di AS masih bertahan tinggi," kata Lukman.
Tak berbeda, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga melihat peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 16.350 - Rp 16.430 per dolar AS karena pernyataan bernada hawkish oleh pejabat The Fed.
Kondisi ini akan mengurangi odds ratio eskpektasi penurunan suku bunga The Fed. Ditambah lagi, CB Consumer Confidence juga naik lebih tinggi dari ekspektasi.
CB Consumer Confidence adalah indikator ekonomi yang mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan harapan mereka terhadap masa depan.
Kondisi AS dan RI
Ariston menekankan, bahwa tekanan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupaih masih belum surut. Di sisi lain, minat pasar terhadap aset berisiko masih positif pagi ini.
"Karena indeks saham Asia masih terlihat menguat. Hal ini bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.
Selain dolar AS, Fikri menilai pergerakan rupiah juga masih dipengaruhi sentimen dari dalam negeri yang mulai berkurang. Seperti sentimen negatif terkait defisit fiskal.
Kemudian terkait peningkatan kepercayaan Asing di pasar Keuangan domestik, yang ditunjukkan dari arus modal asing masuk (capital inflow) di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai Rp 7, 96 triliun pada perdagangan kemarin.
Hal didukung oleh peningkatan penawaran yang masuk (incoming bids) di lelang surat berharga syariah negara (SBSN) menjadi ke Rp 56,39 triliun dari sebelumnya Rp 42,96 triliun.