Sri Mulyani Proyeksi Defisit APBN Bengkak Rp 609,7 Triliun di 2024

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) mengikuti rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Senin (8/7/2024). Rapat tersebut membahas laporan realisasi semester I dan prognosis semester II pelaksanaan APBN TA 2024.
8/7/2024, 19.01 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 akan ditutup defisit Rp 609,7 triliun. Proyeksi ini berdasarkan pendapatan negara yang mencapai Rp 2802,5 triliun yang masih di bawah target.

"Kami Proyeksikan APBN 2024 akan ditutup defisit dari keseimbangan primer mencapai Rp 110,8 triliun dan defisit total mencapai Rp 609,7 triliun. Ini artinya terjadi kenaikan defisit dari 2,29% menjadi 2,7% dari PDB," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR, Senin (8/7).

Keseimbangan primer adalah total pendapatan negara dikurangi pengeluaran (belanja) negara, di luar pembayaran bunga utang. Apabila total pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan positif.

Meskipun begitu, penerimaan hibah masih cukup signifikan untuk belanja negara masih mengalami pertumbuhan. Dengan begitu, realisasi belanja negara pada tahun ini bisa mencapai Rp 3.412,2 triliun.

"Ini artinya tumbuh 9,3% dari tahun lalu dan belanja pemerintah pusat naik mencapai Rp 2.558 triliun atau 3,7% di atas pagu 103,7% dan tumbuh 14,2% dari tahun sebelumnya," ucap Sri Mulyani.

Selain itu, pendapatan negara masih tetap sesuai target karena mayoritas tak mencapai target yang ditetapkan dalam APBN 2024. Namun penerimaan pajak hanya 96,6% dari target atau senilai Rp 1.921,9 triliun.

Lalu, penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar 92,5% dari target atau senilai Rp 296,5 triliun. Sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) masih melampaui target APBN 2024 sebesar Rp 549,1 triliun atau 111,6% dari target penerimaan hibah mencapai 8.110,3% atau menjadi Rp 34,9 triliun.

Meskipun defisit, Sri Mulyani memastikan beban utang pemerintah tidak akan naik. Karena pemerintah akan memanfaatkan saldo anggaran lebih senilai Rp 100 triliun dari 2022 hingga 2023 serta penerbitan SBN akan lebih rendah dari pagu 2024.

DPR Ingatkan Pemerintah untuk Kelola Defisit APBN

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam mengelola defisit APBN.

“Mencermati Laporan Realisasi APBN semester I-2024, Pimpinan Banggar DPR meminta pemerintah berhati-hati, sebab prognosis defisit APBN lebih besar dari target APBN 2024,” kata Said saat rapat dengan Sri Mulyani.

Undang-Undang (UU) APBN 2024 merencanakan defisit sebesar 2,29% terhadap PDB atau Rp 522,8 triliun, namun prognosis defisit hingga akhir tahun berpotensi 2,7% dari PDB atau setara Rp 609,7 triliun. Hal itu terjadi lantaran potensi pembengkakan belanja negara dari rencana Rp 3.325,1 menjadi Rp 3.412,2 triliun.

Di tengah transisi pemerintahan, proyek-proyek yang tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja dapat dipertimbangkan ulang.

“Langkah ini semata-mata agar ruang fiskal tetap sehat di tengah sentimen eksternal yang kurang menguntungkan, serta tidak mewariskan beban keuangan bagi pemerintahan berikutnya,” ujar dia.

APBN sudah mengalami defisit Rp 77,3 triliun atau 0,34% dari PDB di semester I 2024. Hal ini terjadi karena pendapatan negara turun 6,2% menjadi Rp 1.320,7 triliun dan belanja negara naik 11,3% yoy mencapai Rp 1.398 triliun.

Reporter: Rahayu Subekti