Kemenangan Trump Ancam Industri Tekstil Nasional, RI Bisa Dibanjiri Produk Cina
Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS bisa membawa dampak buruk terhadap industri tekstil nasional. Karena kebijakan perdagangan proteksionis dari Trump membuat Indonesia dibanjiri barang impor Cina.
Kebijakan ini diterapkan melalui pengenaan tarif tinggi untuk barang-barang dari Cina, yang memicu perang dagang antar kedua negara. Akibatnya, barang-barang Cina yang sebelumnya masuk ke pasar AS kemudian dialihkan ke pasar lain, termasuk Indonesia.
Cina kemudian mencari pasar alternatif di Asia Tenggara untuk menjual produknya karena tarif ekspor ke AS makin mahal. Hal ini berakibat pada peningkatan impor dari Cina.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin memperkirakan Trump akan menerapkan tarif impor tinggi sebesar 10%-20% demi melindungi industri domestik.
Bahkan, AS juga makin memperketat perdagangan dengan Cina. "Bisa saja Trump menetapkan tarif impor hingga 60% untuk produk tertentu dari Cina," ujar Wijayanto kepada Katadata.co.id, Rabu (6/11).
Menurut Wijayanto, kebijakan perdagangan Trump membuat pasar ekspor Indonesia semakin menantang. Apalagi, produk impor juga akan membanjiri Indonesia.
"Pemerintah perlu memastikan produk dalam negeri terlindungi dari serangan produk impor, seperti pada impor pada sektor industri tekstil harus diantisipasi," kata Wijayanto.
Sebab, fenomena ini menyebabkan produk-produk lokal Indonesia sulit bersaing dengan barang impor yang lebih murah dari Cina, yang pada gilirannya berpotensi merugikan industri lokal.
Bisa Menekan Industri Tekstil Nasional
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal meminta pemerintah mengantisipasi prospek ekspor Indonesia ke AS. Sebab, kemenangan Trump bisa memicu tarif perdagangan makin tinggi.
"Meskipun peningkatan tarif tidak akan langsung diterapkan dan tapi AS akan lebih fokus ke Cina dan ini kemungkinan mengarah ke sana," kata Faisal.
Jika itu terjadi, maka akan membahayakan industri padat karya. Hal ini akan berdampak pada produk tekstil dan alas kaki yang banyak bergantung pada pasar Amerika Serikat.
Padahal, industri tekstil dalam negeri juga sudah banyak mendapatkan tekanan, terutama dari barang impor. Ditambah lagi, pengenaan tarif impor tinggi dari AS bisa semakin menekan industri tekstil nasional.
Faisal juga melihat risiko peningkatan impor akibat perang dagang AS-Cina. Sebab, Cina akan menjual produk-produknya ke negara-negara yang punya pasar besar, seperti Indonesia.
Jika pengawasan produk impor lemah, maka barang-barang ilegal juga akan mudah masuk ke Indonesia. Padahal kemudahan barang impor ilegal masuk ke Indonesia sudah meningkat sejak pandemi Covid-19.
"Potensi ini akan semakin memperparah kondisi sektor padat karya ini. Itu yang perlu diwaspadai dari beberapa konsekuensi ekonomi jika Trump terpilih kembali jadi Presiden AS," ujar Faisal.