Pemerintah mengkaji kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), termasuk Pertamax, Pertalite, dan Solar. Pertimbangan ini mengaitkan dengan lonjakan inflasi dan imbasnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, harga Pertalite saat ini Rp 7.650 per liter. Padahal harga keekonomiannya Rp 13.150 per liter. Untuk Pertamax, harganya sekarang Rp 12.500 per liter, sedangkan keekonomiannya Rp 15.150 per liter.
Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, pemerintah masih memberikan subsidi untuk menekan harga jual eceran kedua BBM tersebut. Pemerintah menyiapkan Rp 502,4 triliun untuk subsidi energi tahun ini.
Dengan subsidi, harga Pertalite menjadi lebih murah dibandingkan negara lain. Di Thailand harganya Rp 19.500 per liter, Vietnam Rp 16.645 per liter, dan Filipina Rp 21.352 per liter.
Di sisi lain, Pertamina telah menyalurkan 16,8 juta kilo liter Pertalite per Juli. Itu artinya, 73% kuota tahun ini sudah terpakai. Untuk solar, penyalurannya sudah mencapai 9,9 juta kilo liter atau 66,4% dari kuota.
Apabila melebihi kuota, maka pemerintah harus mengeluarkan subsidi lebih besar lagi. Padahal, menurut laporan Bank Dunia, pemberian subsidi BBM dan elpiji (LPG) sering kali meleset dari sasaran. Alih-alih untuk masyarakat membutuhkan, sebagian besar dinikmati masyarakat menengah atas.