Advertisement
Advertisement
Analisis | Nilai Tambah Hasil Olahan Nikel bagi Indonesia Masih Minim Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Nilai Tambah Hasil Olahan Nikel bagi Indonesia Masih Minim

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Larangan ekspor nikel mentah dan program hilirisasi sejak 2020 berhasil meningkatkan nilai tambah ekspor produk nikel Indonesia. Namun nilai tambah itu belum maksimal, karena belum ada smelter di dalam negeri yang mampu memproduksi turunan nikel dengan harga jual lebih tinggi. Salah satunya adalah nikel sulfat yang menjadi bahan baku katode baterai listrik.
Andrea Lidwina
25 Januari 2023, 10.30
Button AI Summarize

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2020, produk dari smelter yang telah beroperasi maupun dalam tahap pembangunan di Indonesia mayoritas berupa nickel pig iron (NPI). Produk nikel ini merupakan bahan baku baja tahan karat, tetapi tidak bisa digunakan untuk baterai listrik.

Sementara, produksi nikel matte saat ini masih didominasi PT Vale Indonesia Tbk. Kemudian, baru ada dua smelter yang menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP)—setara nikel matte, tetapi melalui proses pengolahan berbeda—yang bisa diolah menjadi nikel sulfat. Namun, karena belum ada smelter yang mampu memproduksi nikel sulfat, nikel matte, dan MHP diekspor ke negara lain.

Ekonom Faisal Basri, dalam blog pribadinya, pun mengatakan smelter di Indonesia baru menghasilkan produk nikel yang mencapai 25% dari produk akhir. Produk itu diekspor ke negara-negara lain, diolah di sana, kemudian diekspor kembali ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan migas dan otomotif.

“Nilai tambah yang kita nikmati tak sampai 10% dari keseluruhan nilai tambah yang tercipta dari model hilirisasi sekarang ini,” tulis Faisal.

Jika melihat data Trade Map, Indonesia pun tercatat belum mengekspor nikel sulfat sejak larangan ekspor bijih nikel diberlakukan hingga 2021. Adapun, data sepanjang 2022 belum tersedia.

Di sisi lain, Tiongkok menjadi importir terbesar nikel matte Indonesia sejak awal tahun ini. Padahal, tidak ada catatan ekspor produk ini dari Indonesia ke Tiongkok pada 2021. Nilai ekspornya sebesar US$2,1 miliar pada Januari-November 2022, atau sekitar 64,5% dari total nilai ekspor nikel matte Indonesia pada periode tersebut.

Di sisi lain, Tiongkok sudah mengekspor nikel sulfat ke sejumlah negara lain, seperti Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam. Total nilai ekspor nikel sulfat Tiongkok mencapai US$11,5 juta pada semester I-2022.

Selain hilirisasi nikel yang belum maksimal, Indonesia dinyatakan kalah dalam gugatan Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas larangan ekspor bijih nikel pada akhir November 2022. Pemerintah pun mengajukan banding ke WTO pada awal Desember 2022 demi memuluskan jalannya menjadi pemain utama industri baterai listrik global.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira