Advertisement
Advertisement
Analisis | Keampuhan Dukungan Jokowi untuk Mengerek Suara Prabowo Halaman 2 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Keampuhan Dukungan Jokowi untuk Mengerek Suara Prabowo

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Tiga kali mengikuti pilpres, Prabowo Subianto gagal melenggang ke Istana. Pada dua pilpres sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra ini kalah dari Jokowi. Namun, kans Prabowo pada Pilpres 2024 bakal lebih besar. Ia pun sudah mengubah strategi dari sebelumnya sebagai oposisi menjadi bagian dari pemerintahan. Bagaimana efek dukungan Jokowi terhadap elektabilitas Prabowo?
Vika Azkiya Dihni
19 Juni 2023, 15.28
Button AI Summarize

Burhanuddin dalam rilis survei Indikator 26 Maret 2023 mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir isyarat dukungan Jokowi memang lebih tampak jelas ke Prabowo.

“Kalau untuk Ganjar ada kodenya tapi biasanya disampaikan secara implisit, misal rambut putih. Belakangan saya kira lebih banyak ke Prabowo,” kata Burhanuddin.

Menurut temuan Indikator, dukungan pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 lalu terhadap Prabowo saat ini naik sekitar 2% setelah ada endorsement Jokowi. 

“Jadi kalau nggak ada endorse Jokowi tinggal tunggu waktu, habis (elektabilitasnya). Jika kami bandingkan sebelum dan setelah ada endorsement itu kenaikannya 2%, efeknya cukup besar,” ujar Burhanuddin.

Meski demikian Presiden sempat mengatakan elektoral Prabowo naik bukan karena dirinya. “Saya pikir-pikir naiknya elektabilitas beliau itu bukan karena saya, tidak, ya karena beliau sendiri dan Gerindra,” kata Jokowi usai hadir dalam acara silaturahmi ramadan bersama Presiden RI di Kantor DPP PAN beberapa waktu lalu.

Namun Prabowo mengakui bahwa elektoralnya meningkat karena peran serta Jokowi. “Saya ini, bagian dari pemerintah. Kalau pemerintah berhasil, kami ikut naik. Kalau pemerintah tidak berhasil, kami ikut turun. Saya kira sederhana sekali,” kata Prabowo.

“Pak Jokowi ini terlalu rendah hati,” kata Prabowo menambahkan.

Beda Prabowo Dulu dan Sekarang

Sebagai mantan lawan Jokowi di Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, keuntungan Prabowo adalah sudah memiliki basis pemilih dari pemilu-pemilu sebelumnya. Namun masuknya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi setelah Pilpres 2019 cukup mengejutkan bagi pemilih Prabowo.

Meski Prabowo masih kuat di basis lamanya, tetapi menurut Burhanuddin, sebagian pendukung Prabowo pada Pemilu 2019 lalu menarik dukungannya. Hal ini disebabkan mantan Danjen Kopassus itu bergabung ke pemerintahan. 

Oleh karena itu, pendukung Prabowo kini juga datang dari kalangan pendukung pemerintahan Jokowi, meskipun angkanya masih lebih tinggi yang mendukung Ganjar. Makanya, kata Burhanuddin, wajar terjadi peningkatan elektoral jika endorsement Presiden tertuju kepada Prabowo.

Kendati demikian, meski kini elektabilitas Prabowo lebih unggul belum mampu mencapai suara seperti Jokowi di pilpres sebelumnya. Elektabilitas Jokowi berada di kisaran 40-55% menjelang Pilpres 2014 bahkan menyentuh di atas 55% pada Pilpres 2019. 

Menjelang Pilpres 2014 dan 2019, jarak keterpautan elektabilitas Prabowo dengan Jokowi pun cukup jauh. Jokowi beberapa kali terlihat memiliki pangsa suara dua kali lebih unggul dari Prabowo. 

Sementara saat ini, jarak keterpilihannya dengan Ganjar masih sangat tipis sehingga masih bisa saling mengejar.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira