Setelah dua tahun dilarang, pemerintah akhirnya mengizinkan mudik lebaran 2022. Libur panjang ini berpotensi mendongkrak industri pariwisata nasional pasca-terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Survei Kementerian Perhubungan memperkirakan ada 85,5 juta orang pemudik tahun ini. Sebanyak 14,3 juta di antaranya adalah warga Jabodetabek.
Momentum mudik lebaran bisa membawa angin segar bagi industri pariwisata tanah air. Sebelum pandemi, jumlah perjalanan turis lokal tercatat sebanyak 722,2 juta perjalanan pada 2019. Jumlahnya merosot 28,2% menjadi hanya 518,6 juta perjalanan pada 2020.
Begitu juga dengan jumlah wisatawan asing yang datang ke tanah air. Dari 16,1 juta orang pada 2019, menjadi 4,1 juta orang pada 2020 dan melorot menjadi 1,5 juta orang pada 2021.
Turunnya jumlah wisatawan berimbas pada merosotnya sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Kinerja sektor ini minus 10,26% sepanjang 2020, meski perlahan mulai kembali tumbuh 3,89% pada 2021 lalu.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, mudik lebaran akan mendorong permintaan di berbagai sektor, mulai dari jasa transportasi, makanan dan minuman, hingga perhotelan.
“Secara umum, sektor pariwisata pada momen Lebaran kali ini diperkirakan akan tumbuh jauh lebih tinggi dibanding dua tahun sebelumnya,” ujar Bhima kepada Katadata.co.id, Jumat 23 April.
Hal ini didorong oleh pengeluaran masyarakat, seperti untuk akomodasi, makanan atau minuman, transportasi, hingga cinderamata.
Berdasarkan laporan BPS, rata-rata pengeluaran liburan masyarakat Indonesia sekali perjalanan sebesar Rp 1,7 juta. Dengan perkiraan sekitar 42,8 juta orang akan rekreasi atau setengah dari total pelaku perjalanan dalam survei Kemenhub, maka akan ada pengeluaran sebesar Rp 72,7 triliun pada momentum lebaran tahun ini.
Angka ini bisa saja lebih tinggi dari prediksi tersebut, mengingat durasi libur dan cuti bersama pada momen libur lebaran tahun ini cukup panjang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memperkirakan, ada lebih dari 48 juta pemudik yang akan mengunjungi tempat-tempat wisata selama lebaran. Ini artinya, semakin banyak pemudik yang juga berwisata akan membuat jumlah perputaran uang untuk industri pariwisata semakin lebih besar.
WILAYAH POTENSIAL WISATA
Berdasarkan survei Kemenhub, Jawa merupakan wilayah yang akan paling banyak dikunjungi para pemudik. Berkaca dari survei tersebut, maka perputaran uang pada kegiatan rekreasi atau pariwisata di Pulau Jawa bakal lebih banyak.
Jawa Tengah merupakan tujuan utama pelaku perjalanan terbanyak, yakni sekitar 23,5 juta orang atau 27,5% dari total pelaku perjalanan.
Rata-rata pengeluaran masyarakat untuk berekreasi di Jawa Tengah sebesar Rp 962 ribu dalam sekali perjalanan. Dengan perkiraan setengah dari total kunjungan pemudik di Jawa Tengah, maka akan ada pengeluaran sekitar Rp 11,30 miliar pada momentum lebaran di provinsi ini.
Sejumlah daerah lainnya yang menjadi tujuan utama mudik adalah Jawa Timur, Jawa Barat (Non-Bodebek), hingga DI Yogyakarta. Daerah-daerah tersebut juga dikenal dengan berbagai destinasi wisata yang memikat wisatawan. Mulai dari keindahan alam dan budayanya.
Hasil survei Kemenhub juga menunjukkan bahwa mayoritas atau 47% pelaku perjalanan atau pemudik bakal menggunakan kendaraan pribadi. Diikuti oleh pemudik dengan kendaraan umum sebanyak 31%, transportasi udara dan kereta api masing-masing 10%, transportasi laut 2%, dan lainnya.
Penggunaan transportasi umum pada momentum mudik Lebaran ini pun dapat mendorong sektor transportasi tanah air yang terdampak Covid-19. Seperti pada penggunaan kereta api dan pesawat terbang yang jumlah penumpangnya merosot pada 2020 dan 2021 dibandingkan sebelum pandemi.
Momentum mudik Lebaran tahun ini diharapkan benar-benar dapat memulihkan industri pariwisata nasional yang terpukul. Meski demikian, masyarakat tetap perlu waspada sebab pandemi Covid-19 masih belum usai.
Penerapan protokol kesehatan tetap harus dilaksanakan. Terlebih, proyeksi jumlah wisatawan dalam survei Kemenhub tersebut berpotensi melonjak seiring perayaan hari raya Idul Fitri.
Editor: Aria W. Yudhistira