Advertisement
Advertisement
Analisis | Peta Basis Pemilih Ganjar, Prabowo, dan Anies di Pilpres 2024 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Peta Basis Pemilih Ganjar, Prabowo, dan Anies di Pilpres 2024

Foto: Lambok Hutabarat/ Ilustrasi/ Katadata
Tiga bakal capres potensial: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, memiliki basis pemilih berbeda dalam Pilpres 2024. Ganjar dan Anies cenderung dipilih masyarakat berpendidikan tinggi. Sebaliknya dengan Prabowo. Namun ada irisan yang mempertemukan suara ketiga calon pemimpin tersebut.
Vika Azkiya Dihni
5 Desember 2022, 14.12
Button AI Summarize

Tiga bakal calon presiden (capres) terkuat, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan memiliki basis pemilih berbeda dalam Pilpres 2024. Ini terlihat dari survei yang dilakukan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) dua tahun terakhir.

Dari ketiganya, Prabowo cenderung memiliki basis pemilih dengan tingkat pendidikan rendah. Dampaknya, pemilih Prabowo berpotensi berubah haluan karena dinilai gampang dipengaruhi. 

Dalam serangkaian survei yang dilakukan dua tahun terakhir, SMRC menemukan ada hubungan antara kelas sosial dengan perilaku pemilih. Indikator yang dipakai adalah tingkat pendidikan dalam menentukan pilihan capres. 

SMRC membagi tingkat pendidikan ke dalam dua kelompok yaitu SD/SLTP/tidak sekolah dan SLTA/Perguruan Tinggi. 

Hasil survei menunjukkan Prabowo memiliki basis pemilih kelas sosial bawah, yaitu berasal dari kelompok berpendidikan rendah. Berbeda dengan Anies dan Ganjar yang banyak didukung oleh basis responden berpendidikan tinggi.

Saiful Mujani, pendiri lembaga riset dan survei SMRC mengatakan, Anies dan Ganjar merupakan tokoh yang relatif baru dalam pentas elektoral nasional. Masyarakat kelas bawah cenderung belum mengenal kedua tokoh tersebut. 

“Anies memiliki background akademisi dan relatif baru di politik, yang pertama kali mengenalnya adalah orang yang berpendidikan lebih tinggi. Cenderung sama dengan Ganjar dalam politik nasional adalah pendatang baru, masyarakat bawah belum mengenal Ganjar,” katanya seperti dikutip dari kanal Youtube SMRC TV.

Berbeda dengan Prabowo. Menurutnya, menteri pertahanan itu sudah sangat lama dikenal masyarakat dalam kontestasi pilpres. Alhasil, masyarakat bawah sudah banyak yang mengenal sosok mantan Danjen Kopassus tersebut.

Karier politik Prabowo memang terbilang cukup panjang. Dia memulai jalan elektoral nasional ketika mengikuti konvensi calon presiden Partai Golkar pada Juli 2003. Setelah gagal mencalonkan diri pada Pemilu 2004, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada 2008.

Kemudian pada 2009, dia menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski gagal, dia tetap maju sebagai calon presiden dalam pilpres 2014 dan 2019.

Rentan Dimobilisasi

Meski demikian, basis pemilih yang berasal dari kelas bawah membuatnya rentan dimobilisasi. Terutama pemilih yang tingkat pendidikannya rendah. Ini berbeda dengan pemilih berpendidikan tinggi yang lebih sulit dipengaruhi. 

“Secara praktis pemilih Prabowo lebih rentan terhadap mobilisasi, sehingga ada potensi elektabilitas Prabowo bergeser ke tokoh lain,” ujar Saiful.

Mobilisasi politik didefinisikan sebagai usaha aktor untuk mempengaruhi distribusi kekuasaan. Menurut Alan Zuckerman, profesor ilmu politik dari Universitas Brown, pemungutan suara tidak semata tindakan individu. Pemilih adalah bagian dari kelompok sosial dan di dalam kelompok itulah mereka dimobilisasi untuk memilih.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, masyarakat bawah atau yang berpendidikan rendah mudah dipengaruhi oleh kalangan atas. Perilaku pemilih bisa berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi yang ada, dan tergantung dari permainan elite atas.

Dosen ilmu politik Universitas Al-Azhar itu mengatakan, Prabowo juga harus menepati janji-janji atau kebijakan yang menguntungkan bagi kalangan bawah. 

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira