Tutup Bolong Pajak, Pemerintah Didorong Genjot Tax Amnesty

Muchamad Nafi
4 Oktober 2016, 11:59
Tax Amnesty
Arief Kamaludin|KATADATA
Kesibukan petugas pajak dalam menjalankan program Tax Amnesty di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Grogol Petamburan, Jakarta, Rabu, (28/9).

Perolehan tarif tebusan periode pertama program pengampunan pajak mencapai Rp 89,1 triliun, lebih dari 0,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). Menurut pemerintah, angka tersebut begitu fantastis bila dibandingkan dengan negara lain yang menggelar kebijakan serupa, seperti Italia yang hanya meraup 0,2 persen dari PDB.

Direktur Eksekutif Centre for Information and Development Studies (CIDES), Rudi Wahyono menyambut positif atas pencapaian tax amnesty tersebut. Selain tarif tebusan, nilai harta deklarasi dan dana repatriasi pun tergolong besar. (Baca: Jokowi Enggan Bicara Target Akhir Tax Amnesty).

Walau begitu, Rudi meminta pemerintah tetap mengoptimalkan tax amnesty periode kedua dan ketiga. Langkah ini perlu untuk memperbaiki basis penerimaan pajak. Apalagi, dalam prediksi awal akan terjadi jurang antara target dan realisasi (shortfall) pajak tahun ini hingga Rp 219 triliun.

“Target akhir tarif tebusan adalah 165 triliun. Jadi, masih ada defisit Rp 75,9 triliun. Ini yang perlu dikejar untuk menutupi shortfall 2016,” kata Rudi di Jakarta, Senin, 3 Oktober 2016. (Baca: Raup Hampir Rp 100 Triliun dari Tax Amnesty, Sri Mulyani Terharu).

Menurutnya, rasio pencapaian tarif tebusan terhadap shortfall masih cukup jauh. Karena itu, dia mendukung penghematan anggaran negara melalui Instruksi Presiden sebesar Rp 133 triliun.

Namun Rudi melihat sebagian penghematan tersebut, Rp 68 triliun ,di antaranya merupakan dana alokasi umum (DAU). Imbasnya, peralihan dana tersebut harus ditutupi pada anggaran 2017. Di sini, pencapaian dari tax amnesty periode kedua dan ketiga penting diperhitungkan.

Di sisi lain, Rudi menilai sebagian besar penerimaan negara hanya mengandalkan dua hal, yaitu dari sektor pajak dan sektor migas. Harga migas tidak optimal karena situasi krisis di Timur Tengah yang tak menentu. Sementara itu, shortfall pajak hingga akhir tahun mencapai Rp 219 triliun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...