Meneropong Pertumbuhan Ekonomi di Pengujung Tahun

Dini Hariyanti
4 September 2018, 19:24
Pertumbuhan Ekonomi
Donang Wahyu|KATADATA
Lalu lintas di kawasan bisnis Jakarta.

Pada Juli tahun ini, Presiden Joko Widodo mengumpulkan jajaran kabinetnya di Istana Bogor, Jawa Barat guna membahas asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sekaligus prakiraan sampai dengan pengujung tahun.

Di dalam rapat tersebut diputuskan untuk meniadakan APBN Perubahan pada tahun ini. Pemerintah menilai bahwa postur APBN 2018 relatif terjaga, baik dari sisi penerimaan, belanja, maupun defisit anggaran.

APBN 2018 mematok pertumbuhan ekonomi 5,4%. Sampai dengan pertengahan tahun, realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27 %. Lembaga riset Institute of Development of Economics and Finance (Indef) menyebut realisasi ini mengejutkan karena menunjukkan kenaikan drastis dari 5,06 % pada triwulan pertama.

“Capaian pertumbuhan ekonomi itu cukup mengejutkan di tengah kelesuan sektor riil,” tulis tim ekonom Indef. Hal ini diutarakan melalui kajian berjudul "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut" yang dipublikasikan pada awal Agustus 2018.

Sejumlah momen rutin menjadi penggerak perekonomian sepanjang semester I/2018. Sebut saja periode puasa Ramadan yang berlanjut ke Idulfitri, ajang pemilihan kepala daerah serentak di 171 daerah, belum lagi percepatan realisasi belanja pemerintah.

Namun Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus berpendapat, peningkatan belanja pemerintah 5,26 % tidak menunjukkan fungsinya sebagai stimulus penggerak sektor produksi. “Investasi (PMTB) dan industri pengolahan melambat lalu ekspor turun dibandingkan dengan triwulan pertama,” katanya.

Sektor produksi memang mengalami penurunan dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya. PMTB pada triwulan pertama tahun ini tumbuh 7,95% (yoy) dengan kontribusi 32,12% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Per triwulan kedua tumbuh melambat jadi 5,87%, andilnya juga susut ke posisi 31,15%.

Dengan kata lain, kenaikan belanja pemerintah hanya mendorong konsumsi rumah tangga hingga menyentuh 5,14%. Pertumbuhan konsumsi inipun lebih banyak untuk beli barang-barang impor terindikasi dari perlambatan pertumbuhan manufaktur antartriwulan, tetapi impor meningkat.

Per Juni tahun ini, industri manufaktur nonmigas hanya tumbuh 4,41% padahal pada triwulan pertama menyentuh kisaran 5%. Alhasil, pertumbuhan industri secara umum sampai dengan pertengahan tahun baru di level 3,9%.

(Baca juga: Menanti Reaksi Obat Penguat Rupiah Racikan Pemerintah)

Pertanyaan selanjutnya; apakah pertumbuhan ekonomi yang mengejutkan per akhir Juni berlanjut ke bulan-bulan berikutnya? Atau, cuma sampai di sana saja. Jawabannya tentu harus menunggu 2018 berakhir karena ilmu ekonomi tidak menggunakan prinsip 'cocoklogi'.

Yang pasti, pada separuh kedua tahun ini tak ada lagi momen musiman yang lazim melesatkan laju roda perekonomian, seperti puasa dan Idulfitri. Ekonom pun meragukan stimulus fiskal yang diberi pemerintah mampu memberikan efek pengganda secara efektif. Alasannya, rangsangan yang ada kurang menyentuh sisi produksi alias lebih menyasar konsumsi, contohnya bantuan sosial.

Jangan lupa pula tetap ada kerikil lain harus dihadapi, yakni gonjang-ganjing perekonomian global. Kompleksitas yang ada merupakan hasil percampuran sejumlah isu, semisal tren penaikan suku bunga acuan Amerika Serikat, perang dagang antarnegara, hingga krisis di Turki dan Argentina yang berimbas ke negara berkembang seperti Indonesia.

(Baca juga: Perang Dagang hingga Krisis Argentina Menekan Rupiah Mendekati 14.900)

Berusaha bersikap realistis maka tim ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 5,16% dari 5,3%. Asumsi utama mereka adalah dinamika perkonomian internasional yang berefek kepada sikap regulator di dalam negeri.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mencontohkan, kenaikan suku bunga acuan 7-day (Reverse) Repo Rate (7DRRR) menjadi 5,5% merupakan bentuk penyesuaian yang dilakukan Bank Indonesia terhadap gejolak yang ada.

"Kebijakan suku bunga acuan berpengaruh (ke pertumbuhan ekonomi). Dulu kami lihat ke arah 4,75% tetapi ternyata itu berubah cukup cepat," katanya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...