IHSG Kembali Bertenaga, Analis Lihat Peluang Tembus 6.000 Pekan Depan

Image title
12 Oktober 2018, 20:15
Saham KATADATA | Arief Kamaludin
Saham KATADATA | Arief Kamaludin
Saham KATADATA | Arief Kamaludin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,94% menjadi 5.756 pada penutupan perdagangan Jumat (12/10). Pergerakan positif indeks seiring kurs rupiah yang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pelemahan indeks di bursa saham Amerika.

"Kalau rupiah menguat, Dow Jones Index melemah, IHSG bisa menguat. Kalau mau bagus, Dow Jones Index menguat, rupiah menguat, maka IHSG akan sangat menguat," kata Analis Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe kepada Katadata.co.id, Jumat (12/10).  

Pada perdagangan sebelumnya, indeks Dow Jones tercatat melemah 2,13%, sementara kurs rupiah ditutup menguat 0,38% ke level 15.194 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot Jumat ini. Adapun kenaikan IHSG ditopang aksi beli oleh investor domestik di tengah derasnya aksi jual oleh investor asing. Mengacu pada data RTI, investor asing membukukan penjualan bersih saham Rp 1,2 triliun di keseluruhan pasar.

Kepala Riset Trimegah Securities Sebastian Tobing juga memberikan pandangan yang senada. Menurut dia, yang terpenting agar IHSG berada di zona hijau adalah kurs rupiah yang stabil. (Baca juga: Bursa Saham Asia Perkasa di Tengah Anjloknya Indeks Amerika dan Eropa)

Selain IHSG, mayoritas indeks di bursa saham Asia juga berada di zona hijau. Indeks Hang Seng naik 2,12%, Kospi 1,51%, CSI 300 1,49%, dan Nikkei 225 0,46%. Indeks di bursa saham Eropa juga mengalami kenaikan. Saat berita ini ditulis, Euro Stoxx 50 Pr menguat 0,56%, FTSE 100 Index menguat 0,76%, dan Dax naik 0,78%.

Pekan depan, Kiswoyo memperkirakan indeks bisa kembali menembus level 6.000. Pergerakan Dow Jones dan kurs rupiah disebut sebagai sentimen yang bakal menopang laju indeks.  Adapun kondisi kurs rupiah saat ini dijelaskannya berada pada zona yang aman, tidak seburuk 1998 yang menyebabkan krisis. Apalagi, pembayaran impor dari negara mitra, misalnya Tiongkok bisa menggunakan yuan. “Jadi lebih stabil ekonominya," kata dia.

Menurut dia, fundamental ekonomi yang bagus membuat tidak adanya sentimen negatif dari dalam negeri. Inflasi masih terjaga sangat rendah di angka 2,88% sehingga konsumsi masyarakat masih besar. Inflasi juga dinilainya masih aman jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Alhasil, pergerakan inflasi jika terjadi kenaikan harga premium diyakininya tidak akan mengganggu pergerakan IHSG terlalu besar.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga sependapat, pergerakan IHSG tidak akan terganggu bila harga premium naik sedikit yaitu kurang dari Rp 500 per liter seperti sempat diumumkan. "Justru dipandang positif untuk sektor oil," kata dia. (Baca juga: Harga Premium Tak Naik, Pertamina Ditaksir Tekor Rp 3.441 per Liter)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...