Ada Ancaman Global, Rupiah Berisiko Dekati 16.000 per Dolar AS di 2019

Martha Ruth Thertina
13 November 2018, 19:56
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Mulai akhir Oktober lalu, nilai tukar rupiah kembali menguat ke bawah kisaran Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, para ekonom melihat risiko penguatan tersebut bersifat sementara, dan berisiko kembali menembus Rp 15.000 pada pengujung tahun ini bahkan mendekati 16.000 per dolar AS pada 2019 mendatang.

Dalam analisis tertulis yang dilansir pekan lalu, Tim Ekonom DBS memprediksi nilai tukar rupiah bisa menembus Rp 15.300 per dolar AS pada kuartal IV ini, dan melemah bertahap hingga mencapai 15.900 per dolar AS pada kuartal IV 2019. Perkiraan tersebut seiring dengan proyeksi kenaikan bertahap bunga acuan AS, Fed Fund Rate, sehingga dolar AS diperkirakan bakal semakin perkasa.

Tim Ekonom DBS memprediksi Fed Fund Rate bakal berada di posisi 2,5% akhir tahun ini dan mencapai 3,5% pada 2019 mendatang. Sementara itu, indeks dolar AS, DXY index, diprediksi melanjutkan penguatan ke level 100. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS berada di posisi 97,5 atau berada pada kisaran paling tinggi sepanjang tahun ini.

(Baca juga: Aliran Masuk Dana Asing dan Penguatan Rupiah Diuji Jelang Akhir Tahun)

Adapun kenaikan bertahap bunga acuan AS dan isu global lainnya seperti perang dagang AS-Tiongkok telah memicu derasnya arus keluar dana asing dari pasar keuangan negara berkembang pada tahun ini setidaknya hingga kuartal III lalu. Sebab, hal itu ditambah potensi meningkatnya penerbitan surat utang AS seiring pelebaran defisit anggarannya membuat aset dalam dolar AS jadi lebih berdaya tarik.

Derasnya arus keluar membuat negara-negara berkembang terutama yang mengalami defisit transaksi berjalan seperti Indonesia, menghadapi depresiasi besar nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. Sebab, pasokan valas negara-negara tersebut jadi bergantung pada dana asing.

Meredanya intensi perang dagang seiring rencana pertemuan Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan Presiden AS Donald Trump November ini, ditambah valuasi pasar negara berkembang yang sudah murah sempat memicu arus masuk dana asing. Kurs mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, pun mengalami tren penguatan mulai akhir Oktober lalu.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...