Investor Gojek Sebut ‘Bakar Uang’ Adalah Perang yang Tidak Sehat

Desy Setyowati
30 Januari 2020, 15:55
Investor Gojek Sebut ‘Bakar Uang’ Adalah Perang yang Tidak Sehat
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Patrick Walujo (Co-Founder, Managing Partner and Member Of The Investment Commite at Nortstar) memaparkan materi dalam diskusi di acara Indonesia Data and Economic (IDE) 2020 di Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2020).

Investor Gojek, Northstar Group menilai perang harga termasuk ‘bakar uang’ merupakan strategi bisnis yang tidak sehat. Beberapa startup di Tanah Air pun berencana mengurangi subsidi pada tahun ini.

Alasannya, perang harga termasuk ‘bakar uang’ hanya menghasilkan artificial demand atau permintaan yang semu. “Itu adalah perang yang tidak sehat,” kata Co-Founder sekaligus Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo dalam acara Indonesia Data and Economy Conference atau IDE Katadata 2020 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1).

Patrick menilai, istilah Winner Takes It All atau pemenang mengambil semuanya tidak harus disematkan kepada pemain yang gemar ‘bakar uang’. Menurut dia, istilah itu lebih tepat untuk perusahaan rintisan yang berfokus pada inovasi dan pengembangan teknologi yang berfokus menyelesaikan persoalan masyarakat (social machine).

(Baca: Efek ‘Bakar Uang’ WeWork, Investor Fokus buat Profit Startup Tahun Ini)

Ia tidak sepakat jika suatu perusahaan, termasuk asing, merasa bisa membeli pasar Indonesia dengan menerapkan harga yang murah. Hal itu sama saja dengan dumping.

Namun, dia tidak heran strategi ‘bakar uang’ masih dilakukan beberapa perusahaan di Tanah Air. Sebab, peraturan terkait ekonomi digital yang relatif baru belum terlalu jelas diatur.

Selain itu, penghasilan dari permintaan karena adanya promosi tidak akan menutup komitmen finansial perusahaan. (Baca: Gojek Klaim Sudah pada Jalur yang Tepat Untuk Mulai Mencetak Profit)

Di satu sisi ia mengakui perusahaannya berinvestasi di Gojek ketika perang harga tengah berlangsung. “Kebetulan saya kenal sama Nadiem Makarim (Pendiri Gojek) sebelum saya investasi,” kata dia.

Saat itu, Gojek hanya menyediakan layanan pemesanan ojek melalui telepon. Setidaknya hanya ada 20 hingga 50 pesanan dalam sehari. Lantas ia meminta Nadiem Makarim untuk membuat aplikasi.

“Saya beri US$ 800 ribu untuk membuat Gojek. Jadi sebetulnya kami lihat tren di luar negeri dan saya kenal Nadiem,” kata Nadiem.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...