Dua Faktor Pengganjal Proyek Gas Lapangan Tiung Biru

Anggita Rezki Amelia
29 Desember 2016, 18:09
Blok Cepu
Katadata

Menurut dia, ExxonMobil masih menunggu insentif dari pemerintah agar dapat menutupi selisih IRR yang didapatkan. "PEPC siap tanpa atau dengan insentif, ExxonMobil butuh insentif untuk mengkompensasi gap IRR yang mereka butuhkan," ujarnya. (Baca: Belanja Modal Proyek Tiung Biru di Blok Cepu Bisa Turun 10 Persen)

Ia berharap pemerintah bisa segera mungkin memutuskan nasib proyek tersebut. Jika tidak, pembangunan fasilitas produksi Lapangan Jambaran Tiub  bakal molor dan berdampak pada nilai keekonomian proyek. Adriansyah mengatakan hingga kini belum ada kepastian dari pemerintah untuk memberikan timeline dari pemerintah untuk dapat memberikan keputusan terkait pengembangan proyek Tiung Biru.

Jika perjanjian jual-beli gas tertunda maka pelaksanaan proyek juga terancam tertunda. Ketika proyek molor, masa produksi menjadi pendek. Padahal kontrak Blok Cepu akan berakhir tahun 2035. Alhasil, total penerimaan dari hasil produksi gas lapangan ibi juga akan berkurang dan berdampak pada keekonomian proyek, sehingga mau tak mau diperlukan harga gas lebih tinggi.

Di sisi lain, PEPC juga tengah menunggu keputusan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), terkait tender rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) fasilitas pengolahan gas  (GPF) di Lapangan Jambaran Tiung Biru. "Sudah ada pemenangnya, tinggal tunggu persetujuan SKK Migas," kata dia, tanpa menyebutkan nama perusahaan pemenangnya.

Sebagai informasi fasilitas pengolahan gas Tiung Biru akan dibangun dengan kapasitas 330 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun, karena gas dari lapangan tersebut banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 35 persen, maka gas yang bisa terjual hanya 172 mmscfd. (Baca: ExxonMobil Minta Alokasi Gas Tiung Biru Seluruhnya untuk Pertamina)

Pertamina akan menyerap seluruh hasil produksi gas Lapangan Tiung Biru. Awalnya dari jumlah gas sebesar 172 mmscfd tersebut, sekitar 80 mmscfd akan dijual kepada PKC. Namun, rencana itu batal karena harga yang ditawarkan kepada KPC dianggap terlalu mahal, yaitu US$ 8 eskalasi dua persen per mmbtu. Akhirnya, alokasi gas untuk PKC akan dialihkan ke Pertamina seluruhnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...