Pertamina Klaim Ceceran Minyak di Pulau Pramuka Bukan dari Blok ONWJ

Image title
16 Oktober 2020, 18:47
blok onwj, tragedi tumpahan minyak, pertamina, phe onwj, pertamina hulu energi, tumpaha minyak pulau pramuka
ANTARA
Kepulauan Seribu kembali tercemar tumpahan minyak mentah. Hingga saat ini, penyebab tumpahan minyak belum diketahui.

Perusahaan telah menutup sumur YYA-1 Blok ONWJ sejak 21 September 2019. "Sumur itu sudah berhasil kami kendalikan dan matikan. Sampai saat ini enggak ada masalah," ujarnya.

Divisi Pengkampanye Walhi DKI Jakarta Rehwinda Naibaho mengatakan pihaknya bersama warga Pulau Pari telah melaporkan kejadian itu ke Dinas Lingkungan Hidup atau DLH DKI Jakarta. Namun, sampai saat ini belum ada informasi terbaru lagi mengenai sumber ceceran minyak mentah. "Pihak Pertamina juga sudah membawa sampel. Tapi warga kemarin sempat tanya, belum ada kabar juga," kata dia.

Tragedi Tumpahan Minyak Blok ONWJ 2019

Peristiwa ini bermula pada 12 Juli 2019 sekitar pukul 01.30 WIB. Saat itu muncul gelembung gas di Anjungan YY dan Rig Ensco-67 Blok ONWJ di sumur YYA-1. Dua hari kemudian, seluruh pekerja di anjungan dievakuasi ke tempat yang aman. Lalu, pada 15 Juli 2019, PHE ONWJ menetapkan kondisi darurat.

Pada 16 Juli 2019 muncul lapisan minyak di permukaan laut. Tumpahan minyak kemudian semakin terlihat di sekitar anjungan dan mencapai ke pantai arah barat pada 18 Juli 2019.

Tumpahannya terus meluas hingga sebulan kemudian. Walhi ketika itu juga menemukan minyak dari Blok ONWJ sudah sampai ke Selat Sunda. Pada akhir Agustus, jumlah korban pencemaran yang sebagian besar nelayan mencapai 14.655 jiwa.

Pertamina akhirnya menutup sumur itu pada 21 September 2019 dengan dana US$ 10 juta (sekitar Rp 140 miliar). Perusahaan juga membayar kompensasi bagi warga di dua kabupaten yang terdampak tumpahan minyak sebesar Rp 900 ribu per bulan. Namun, proses ganti ruginya masih menunggu verifikasi data dari pemerintah kabupaten Karawang, Bekasi.

Tumpahan minyak ini dinilai merusak biota laut seperti ikan, rajungan, udang, dan kerang. “Perlu waktu satu hingga dua tahun untuk memulihkan dampak kerusakan lingkungan lautnya,” kata Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Walhi Dwi Sawung pada akhir Agustus 2019.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...