Beban Berat Bisnis Hulu Migas yang Tertekan Pandemi

Image title
19 November 2020, 19:31
Ilustrasi investasi minyak
123RF.com/skypicsstudio
Pandemi Covid-19 telah membuat konsumsi melemah. Harga minyak dan investasi hulu migas pun ikut terperosok.

Tantangan utama industri hulu migas saat ini adalah isu transisi energi dari fosil ke terbarukan. Permintaan minyak akan tertekan dengan kehadiran mobil listrik. "Karena itu, kami butuh kerja sama dari semua pemangku kepentingan," ujarnya.

SKK Migas optimistis target 1 juta barel per hari dapat tercapai. "Tahun depan akan menjadi the real battle dalam produksi migas untuk menghentikan penurunan. Itu semangat tahun depan," kata Dwi.

Menurut dia, jika pemerintah tak melakukan apa-apa, maka penurunan produksi secara besar-besaran akan terus terjadi. Fleksibilitas kontrak dan insentif berperan penting untuk mencegah hal itu terjadi. "Kami juga siapkan area dan reserve mana yang bisa ditingkatkan dengan EOR," kata dia.

Sumur Minyak
Ilustrasi sumur minyak. (Chevron)

Tambahan Split Bukan Prioritas

Kementerian ESDM saat ini juga menghadapi banyak permintaan kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS, termasuk Pertamina, yang meminta tambahan bagi hasil atau split produksi migas. Langkah ini kontraktor tempuh untuk menjaga keuangannya yang tertekan pandemi Covid-19.

Ego mengatakan pemerintah mendorong KKKS untuk memanfaatkan insentif dulu, sebelum mengajukan penambahan split. Pemerintah dalam posisi terbuka dan siap melakukan diskusi. Bahkan semua pengajuan penambahan tersebut masih dalam dalam kajian. “Kami berharap timbul win-win solution sehingga aktivitas hulu tetap berjalan,” katanya.

Direktur Perencanaan Strategi dan Pengembangan Bisnis Subholding Hulu Pertamina John H Simamora mengatakan kontribusi Pertamina untuk produksi minyak nasional saat ini berkisar 42% hingga 44%, lalu untuk gas sebesar 43%.

Tahun depan, kontribusi minyak perusahaan bakal mencapai 70% karena Pertamina akan mengambil alih hak kelola Blok Rokan dari Chevron. Namun, perusahaan saat ini mengalami tantangan besar, terutama permintaan gas yang terus turun selama pandemi. Penurunannya mencapai 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang mayoritas dialokasikan untuk PLN dan industri.

Lalu, Pertamina juga harus mempertahankan 60% sumurnya yang sudah tua, terutama dari Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, dan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), dan Pertamina Offshore Southeast Sumatera (OSES). “Kami berjibaku dengan declining rate 20% untuk migas. Ini sangat berat,” ujar John.

Karena itu, dia berharap dukungan dari pemerintah terkait pemberian insentif. Perusahaan optimistis dapat melalui kondisi sulit ini dengan lancar. "Kami sedang menunggu pemerintah untuk insentif di Mahakam," katanya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...