Lebih Ekonomis, Freeport Pilih Bangun Smelter di Weda Bay, Halmahera

Image title
7 Desember 2020, 18:49
Area pengolahan mineral PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua.
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ilustrasi. PT Freeport Indonesia berpendapat pembangunan smelter tembaga di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku, lebih ekonomis daripada di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.

Kedua perusahaan masih melakukan pembahasan untuk pembangunannya. Ia tak merinci alasan pemindahan lokasi smelter tersebut. “Itu opsi dari pemerintah,” katanya kepada Katadata.co.id, pekan lalu.

Freeport Tingkatkan Kapasitas PT Smelting

Sebagaimana diketahui, tarik ulur soal pembangunan smelter Freeport terus berlangsung. Sinyal perusahaan tidak ingin membangunnya sudah terlihat pada Oktober lalu. Ketika itu, Chief Executive Officer Freeport McMoran Richard Adkerson mengatakan proyek itu tidak ekonomis dan memakan biaya besar.

Sebagai gantinya, ia menawarkan alternatif lain. “Ketimbang membangun smelter baru, lebih baik memperluas kapasitas smelter existing dan menambah pabrik logam mulia,” katanya dalam telepon konferensi, dikutip dari situs Nasdaq.

Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport McMoran Kathleen Quirk menghitung biaya membangun smelter sangat besar ketimbang perluasan pabrik yang sudah ada. Untuk pabrik baru investasinya mencapai US$ 3 miliar. “Untuk perluasan smelter sekitar US$ 250 juta,” ucapnya.

Sebagai informasi, Freeport McMoran merupakan pemegang saham 49% Freeport Indonesia. Sisa kepemilikan saham itu ada di tangan pemerintah, melalui MIND ID alias PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

Perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu sebelumnya telah melakukan kesepakatan  dengan Mitsubishi Materials Corporation untuk meningkatkan kapasitas smelter tembaga PT Smelting dari 1 juta ton menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun. Sebagai kompensasinya, smelter baru Freeport kapasitasnya menurun dari 2 juta ton menjadi 1,7 juta ton per tahun. 

Smelting merupakan smelter tembaga pertama Indonesia yang dibangun Freeport bersama konsorsium Jepang pada 1996. Lokasinya juga di Gresik, Jawa Timur dengan operatornya Mitsubishi. 

Kapasitasnya mencapai 1 juta ton konsentrat tembaga yang mampu diolah menjadi 300 ribu ton katoda per tahun. Di pabrik ini, Freeport memurnikan 40% seluruh produksi tembaganya yang berasal dari tambang Grasberg di Mimika, Papua.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...