Marak Tambang Ilegal, Tata Niaga Timah Masih Bermasalah

Image title
13 Januari 2021, 11:11
timah, faisal basri, pt timah tbk, komoditas, pertambangan, tata niaga timah
123RF.com/Piotr Pawinski
Ilustrasi. Regulasi tata niaga timah dianggap masih lemah.

Target tahun lalu dapat dikatakan akan tercapai. "Dari data tersebut jelas posisi produksi timah Indonesia melampaui Malaysia dan Peru. Namun, jauh di bawah Tiongkok yang di 2019 mencapai sekitar 166.600 ton," ujar Singgih.

Pemanfaatan timah terbesar untuk elektronik, produk kimia, tin plate, dan copper alloys (produk tembaga). Untuk menghasilkan seluruh produk ini, Tiongkok mengonsumsi sebesar 46% timah dunia.

Hal ini, menurut dia, sangat menarik. Indonesia memiliki cadangan relatif sama dengan Tiongkok. Tapi produksinya rendah dan konsumsi domestiknya pun masih kecil. Dari produksi 76.389 ton, untuk kebutuhan domestik hanya 1.170 ton, sisanya untuk ekspor.

Industri dan hilirisasi timah belum berkembang di Indonesia. “Bahan baku industri hilir pembuatan tin chemical dan tin mill black sebagian besar justru masih impor,” ucapnya. 

Ilustrasi smelter minerba
Ilustrasi smelter hasil tambang. (123RF.com/Chutima Chaochaiya )

Potensi Timah Masih Besar

Cadangan timah di Indonesia sebagian besar atau 91% tersebar di Kepulauan Bangka Belitung. Dengan cadangan 2,23 juta ton dan asumsi produksi 85 ribu juta ton per tahun, maka persediaannya cukup untuk 26 tahun ke depan. “Dari sisi ini, jelas Indonesia masih menarik bagi investor untuk pertambangan dan industri timah,” kata Singgih.  

Kementerian ESDM sebaiknya segera mempercepat serapan komoditas tambang itu untuk dalam negeri melalui penguatan industri. Hilirisasi timah harus dipercepat.

Perizinan daring dan kemudahan fiskal terkait bea impor dan tax holiday telah pemerintah sediakan. “Ini yang harusnya terus dievaluasi untuk melihat kondisi persaingan perdagangan dan industri timah di pasar global,” ujarnya. Investasi untuk hilirisasi timah berpotensi mendorong serapan tenaga kerja dan dampak ekonomi lainnya. 

Terkait ekspor timah ke negara tetangga, ia menyebut angkanya telah turun sejak pemerintah melarangnya di 2020. Sebelum ada aturan tersebut, timah Indonesia banyak diekspor ke Singapura. Pekerjaan rumah terbesar sekarang adalah bagaimana memperbanyak industri pemanfaatan timah domestik. 

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Rizal Kasli mengatakan potensi pemanfaatan komoditas timah di Indonesia sebenarnya cukup banyak. Misalnya, untuk kebutuhan solder, komponen elektronik, kaleng tahan karat, bahan dasar produk baterai, dan komponen mobil listrik.

Namun, masalahnya  adalah industri hilir di dalam negeri untuk memanfaatkan timah belum berkembang. Untuk bahan baku soldernya saja jumlahnya masih minim dan harus dipenuhi melalui impor.

Begitu pula dengan produk tin plate. Kebutuhan domestik saat ini sebesar 288 ribu ton. Industri dalam negeri hanya mampu menyediakan 160 ribu ton, sisanya terpaksa dari luar negeri. “Untuk kebutuhan solder, produksi PT Timah hanya sebesar 1.387 ton di 2019,” kata Rizal. 

Banyak regulasi untuk tata niaga timah. Tinggal sekarang saatnya pemerintah bersikap konsisten dalam menegakkan hukum. “Dengan begitu amanat undang-undang dan aturan turunan lainnya bisa dijalankan dengan baik,” ujarnya. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...