SKK Migas Prediksi Investasi Migas Masih Tinggi Hingga 2026
Sebagai informasi, data Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak bumi Indonesia dalam lebih dari satu dekade terakhir terus mengalami penurunan. Tahun 2022 menjadi rekor terendah dalam 13 tahun terakhir, yakni hanya mencapai 612.000 barel per hari (bph).
Menurut tenaga ahli bidang energi Kantor Staf Presiden (KSP), Hageng Suryo Nugroho, lifting migas Indonesia menurun karena dipengaruhi kondisi lapangan migas dan fasilitas produksi yang sudah tua.
"Seharusnya sudah ada lapangan-lapangan minyak baru yang dibuka untuk meningkatkan capaian produksi. Namun karena membutuhkan investasi yang sangat besar, maka yang bisa dilakukan hanya memaksimalkan lapangan yang masih ekonomis untuk diproduksi," ujarnya beberapa waktu lalu.
Hageng menyatakan pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya untuk menaikkan lifting migas, salah satunya dengan menambah pengeboran sumur secara masif di sekitar lapangan migas yang sudah ada.
"Pemerintah saat ini menjajaki metode pengeboran sumur dalam, mencapai 3.000 kaki, untuk mencari cadangan minyak yang lebih besar. Metode unconventional drilling ini membutuhkan teknologi yang presisi sehingga membutuhkan biaya tiga kali lipat lebih tinggi," kata Hageng.