Harga Minyak Dekati 95 Dolar AS per Barel, Pasokan Diprediksi Defisit

Tia Dwitiani Komalasari
19 September 2023, 07:10
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) mas
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini bahkan bisa mencapai 50 persen dari level 2021, dimana harga minyak dunia saat ini sudah mencapai sekitar 120 dolar Amerika per barel yang disebabkan konflik di Rusia dan Ukraina.

Harga minyak dunia naik dan sempat mendekati US$ 95 per barel pada perdagangan Senin (19/9). Kenaikan harga minyak didorong oleh ekspektasi defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi berkepanjangan.

Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup 50 sen lebih tinggi menjadi US$ 94,43 per barel, dan sempat mencapai US$ 94,45. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 71 sen menjadi US$ 91,48.

Arab Saudi dan Rusia bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun.

Sementara itu Badan Informasi Energi AS memperkirakan produksi minyak AS dari wilayah penghasil terbesar juga diperkirakan turun pada Oktober 2023. Ini merupakan penurunanan selama tiga bulan berturut-turut dan level terendah sejak Mei 2023.

Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+. Dia mengatakan, pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank sentral untuk mengatasi inflasi.

Brent dan WTI telah naik selama tiga minggu berturut-turut dan menyentuh level tertinggi sejak November. Ini berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal pertama tahun 2022.

"Pasar juga melihat beberapa aksi ambil untung," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/9).

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...