Pertamina Targetkan Proyek RDMP Kilang Balikpapan Capai 96% di Akhir 2024
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengatakan target pembangunan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau kilang Balikpapan pada akhir tahun ini mencapai 96%.
“Saat ini 91,6% persisnya, nanti tambah 4%,” kata Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman saat ditemui Katadata.co.id di Balikpapan, Kalimantan Timur pada Minggu (11/8).
Taufik mengatakan pembangunan RDMP Balikpapan ini secara kontraktual akan selesai pada September 2025. Dengan progres pembangunan saat ini, Taufik menyebut pihaknya masih perlu menyelesaikan pembangunan 8,4% untuk capai 100% hingga September tahun depan.
Taufik menyebut, dalam Final Investment Decision (FID) total investasi proyek ini mencapai US$ 7,4 miliar atau Rp 117,8 triliun (kurs Rp 15.920). Dia menyebut, hingga saat ini progres pembangunan Kilang Balikpapan masih sesuai target meskipun menghadapi kendala yang saat ini dihadapi terkait kepemilikan kilang dengan kontraktor.
“Terus perprogres untuk pembahasan baik dengan joint operation-nya dan BPKP. Kami meminta ke Jamdatun bagaimana penyelesaian terbaik supaya proyek ini selesai, sesuai dengan harapan September 2025 itu poinnya,” ujarnya.
Meskipun ada kendala, Taufik mengatakan progres pembangunan RDMP Balikpapan terus berjalan. Pembangunan yang masuk dalam proyek strategis nasional ini saat ini telah mempekerjakan 16 ribu karyawan.
Terkait tantangan, sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyebut terdapat sejumlah hal yang dihadapi untuk memenuhi target 100% pembangunan.
“Tantangannya antara owner dengan kontraktor, namun mudah-mudahan bisa diselesaikan secara tuntas supaya progres pembangunannya bisa dijaga,” ujar Arifin.
Untuk mengatasi tantangan yang ada, Arifin meminta Pertamina segera mengambil langkah memastikan pembangunan proyek. Ia berharap pembangunan tak hanya mengejar target waktu tetapi juga memperhatikan kualitas.
Pembangunan kilang juga masuk dalam objek vital nasional lantaran memiliki dampak yang luas. “Karena kilang ini dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas bahan bakar minyak (BBM). Selain itu kilang ini juga ada tambahan produksi untuk LPG, polypropylene dan sebagainya,” ucapnya.
Arifin juga menyebut masalah pandemi covid juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi karena mengganggu progres pembangunan. Tantangan lain adalah krisis geopolitik seperti konflik Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi sistem logistik.