Diskriminasi Sawit, Faisal Basri Saran Diplomasi Tidak Lewat Luhut

Image title
29 Maret 2019, 07:40
sawit
Arief Kamaludin|Katadata
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. Faisal Basri menyarankan diplomasi yang sejuk dalam persoalan ini.

Luhut sempat bersuara keras sebagai respons atas pemboikotan kelapa sawit. Dia pernah
mengancam akan membalas kebijakan Uni Eropa dengan pemboikotan. "Kita negara besar, memiliki kedaulatan yang tidak bisa diganggu oleh siapa pun," kata Luhut beberapa waktu lalu.

Luhut beralasan minyak sawit merupakan komoditas yang sangat penting bagi Indonesia, terutama dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan membuka lapangan pekerjaan. Saat ini, industri kelapa sawit diketahui menyerap 7,5 juta orang secara langsung dan ditambah 12 juta orang secara tidak langsung.

(Baca: Diskriminasi Sawit, Pemerintah Akan Tempuh Jalur Hukum Lawan Uni Eropa)

Sementara dari sisi perdagangan, kelapa sawit merupakan komoditas andalan Indonesia. Ini tercermin dari nilai kontribusi ekspor Crude Palm Oil (CPO) pada 2018 senilai US$ 17,89 miliar. Industri ini berkontribusi hingga 3,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sebelumnya, Komisi Uni Eropa berencana mengeluarkan komoditas minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel berdasarkan rancangan Arahan Energi Terbarukan (Renewable Energy Directive/ REDII) dan dituangkan dalam regulasi turunan (delegated act). Saat ini rancangan tersebut tengah dibahas dan tinggal menunggu  pengesahan dari Parlemen Eropa.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend mengatakan ada kaitan antara kelapa sawit dan tingkat deforestasi tinggi periode 2008-2015. Dari data yang diterimanya, 45% dari ekspansi kelapa sawit terjadi di daerah dengan cadangan karbon tinggi.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...