Deindustrialisasi Berpotensi Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Michael Reily
8 Februari 2019, 19:55
Pabrik Konveksi Pan Brothers
Katadata

Sementara jika terus terjebak pada ekspor produk berbasis komoditas,  rentan terpengaruh fluktuasi harga pasar internasional yang bisa  berakibat pada menurunnya devisa negara jika harga komoditas dunia anjlok. "Saya kira industri manufaktur dalam ekonomi bisa menggerakkan sektor lain," ujar Bambang lagi.

Karenanya, jika industri manufaktur mampu digerakkan,  ekonomi Indonesia diprediksi mampu terus bergerak ke kisaran 5,7% pada periode lima tahun ke depan. Sebaliknya, jika Indonesia tidak melakukan apa-apa, yang terjadi justru perlambatan pertumbuhan ekonomi di bawah 5% pada periode yang sama.

Direktur Jenderal Departemen Asia Tenggara ADB Ramesh Subramaniam menyoroti pentingnya kompleksitas produk industri dalam rantai nilai global. Dia menjelaskan keunikan produk Indonesia bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi. 

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengungkapkan untuk menggerakkan industrialisasi sektor unggula, dibutuhkan sebuah kebijakan yang komprehensif. Contohnya, orientasi ekspor produk tanpa memperhatikan ketersediaan bahan baku dinilai justru bisa menimbulkan masalah baru.

Karena itu pemerintah juga dinilai harus mampu membuat kebijakan yang berfokus pada  sektor hulu,  agar industri lebih banyak berinvestasi. 

"Jangan dapat insentif ekspor, tapi impor bahan bakunya justru tinggi karena di dalam negeri  tidak tersedia," katanya.

(Baca: Optimisme Pengusaha Kuartal I 2019 Terendah Sejak Pertengahan 2017)

Pernyataan itu dibenarkan oleh Ketua Divisi Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Wijaya. Menurutnya, industri pengolahan dalam negeri sangat terbatas. Padahal, industri butuh kepastian untuk melakukan proses bisnis, terutama dalam hilirisasi.

Pemerintah juga harus memperhatikan industri tengah yang juga hingga saat ini masih memiliki persoalan. "Jangan terus berbicara kita ketergantungan terhadap produk sektor hulu, tetapi juga kita kekurangan industri menengah," ujarnya.

Karenanya, pemerintah seharusnya menyelesaikan permasalahan yang mendasar untuk kebijakan yang lebih tepat, sebelum mengklaim telah memiliki kesiapan dalam penerapan industri 4.0.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro juga menyoroti hal yang sama. Pemerintah harus bisa memfasilitasi pelaku usaha untuk melakukan spesialisasi terhadap suatu sektor untuk ikut rantai nilai global.

Menurutnya, spesialisasi sektor juga akan ikut mengembangkan variasi keunikan Indonesia yang pasar dunia butuhkan. Contohnya, Indonesia dulu hanya menjadi perakit kendaraan, tetapi sekarang bisa menjadi produsen komponen kendaraan.

Selain itu, Indonesia bisa memanfaatkan bermacam komoditas seperti alumunium dan baja untuk jadi industri pembuat komponen yang industri global butuhkan. "Kita harus terus perdalam spesialiasi sebelum melangkah lebih jauh," kata Ari.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...