Produsen Sawit Ancam Laporkan Uni-Eropa ke WTO soal Aturan Anti-Sawit

Michael Reily
4 Februari 2019, 18:00
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Selain itu, kebijaksanaan pelaksanaan untuk legislasi RED II ke dalam aturan tiap negara Uni-Eropa juga seharusnya terbit pada 1 Februari 2019. "Kelihatannya itu ditunda," kata Mahendra lagi. 

(Baca: Diserang Isu Negatif, Luhut Bela Sawit RI di Forum Ekonomi Dunia)

Berdasarkan laman resmi Uni-Eropa, tak ada referensi spesifik untuk pelarangan minyak kelapa sawit dalam RED II. Uni-Eropa mengaku masih membuka keran impor sawit sebagai pasar terbesar kedua sawit pada 2017.

Dalam laporan itu, Komisi Eropa sepakat untuk mengadopsi pelaksanaan kebijakan berdasarkan sertifikat metodologi ILUC. Seharusnya, negara anggota Uni-Eropa bakal menerapkan kebijakan 18 bulan setelah elemen penggunaan energi terbarukan masuk ke dalam aturan.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menjelaskan metodologi ILUC tak mampu membuktikan kelapa sawit memiliki risiko tinggi dalam deforestasi. Dia mempertanyakan minyak nabati lain memiliki risiko yang rendah terhadap deforestasi, tetapi tanpa bukti ilmiah.

Meski implentasi RED II mengalami penundaan, Uni-Eropa terus mendiskriminasi produk kelapa sawit Indonesia melalui hambatan dagang  yang terus meningkat, seperti melalui pembatasan dalam RED I, tuduhan antidumping di WTO hingga RED II. "Faktanya, produk sawit memenuhi syarat, ekspor bisa masuk ke Eropa dan diterima di pasar internasional," ujarnya.

Dia meminta pihak pelaku usaha kelapa sawit  bisa membalas tudingan negatif Uni Eropa dengan egosiasi yang berdasarkan data-data ilmiah. Sebab, RED II berpotensi menurunkan volume ekspor kelapa sawit atau produk turunannya seperti biodiesel ke Uni-Eropa.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...