Mendag Lobi Pengusaha AS untuk Pertahankan Pemberian Insentif Tarif
Selain itu, Enggar juga menggelar pertemuan dengan Chief Executive Officer (CEO) Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA) Matt Priest di Kedutaan Besar Indonesia yang berlokasi di Washington DC, AS. Kedua pihak menyampaikan dukungan supaya Indonesia tetap mendapatkan fasilitas GSP.
Dia juga bertemu dengan empat pelaku usaha yang memperolah manfaat dari pemberian fasilitas GSP, yaitu Royal Chain Group, Nike, Allegheny Technology Incorporated (ATI) Metals, serta Mars Inc. Pendekatan kepada pengusaha AS juga salah satunya bertujuan agar mereka menyampaikan testimoni kepada Pemerintah AS mengenai pentingnya fasilitas GSP untuk Indonesia untuk kelanjutan bisnis.
Dalam pertemuan dengan CEO dan Senior Vice-President Royal Chain Group, Enggar berharap agar perhiasan dari Indonesia tetap mendapatkan fasilitas GSP supaya mempertahankan daya saing. Sementara dalam pertemuan dengan Nike, dia juga mengimbau agar Nike bisa meningkatkan kemitraan kedua negara.
Menurutnya, Nike memiliki rencana berinvestasi di Indonesia. Karenanya dia berharap produksi sepatu dalam negeri meningkat, sehingga Indonesia bisa menjadi salah satu produsen sepatu utama di dunia.
(Baca: Nego Fasilitas Bea Masuk, RI-AS Naikan Transaksi Dagang US$ 50 Miliar)
Selanjutnya, dalam pertemuannya dengan CEO ATI Metals Robert Wetherbee, Enggar mengatakan Indonesia mendapatkan peluang meningkatkan ekspor besi baja Indonesia ke AS sebesar 336 ribu ton berdasarkan ketentuan pembebasan tarif terkait penerapan tarif baja dan aluminium tinggi. Dia juga mengundang ATI Metals untuk membangun industri di Indonesia.
Sementara dalam pertemuan dengan Frank E. Mars dari Mars Inc., kedua pihak membahas situasi politik dan ekonomi global. Sehingga, prospek ekonomi kedua negara mempunyai kesempatan kerja sama karena masih banyak potensi antara Indonesia dan AS.
Selain bertemu secara khusus dengan keempat pelaku AS, dia bertemu dengan pelaku usaha lainnya dalam ‘roundtable cluster on GSP’. Pembahasannya adalah kendala perdagangan Indonesia dengan AS serta upaya untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antara kedua negara.