Hambatan Nontarif Masih Jadi Kendala Ekspor ke Kawasan Eropa

Michael Reily
17 Desember 2018, 10:36
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang Januari-September 2018, EFTA secara agregat merupakan investor terbesar ke-14 Indonesia senilai US$ 212 juta dengan 215 proyek investasi. Angka itu jauh menurun dibandingkan investasi EFTA tahun lalu yang sebesar US$ 621 juta. 

"Saya berharap  kesepakatan perjanjian EFTA akan melahirkan investasi di Indonesia. Dari sana baru ada peningkatan ekspor," katanya.

Sementara itu, Vice President Director PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto berharap dari pasar EFTA,  pengusha bisa menangkap potensi ekspor untuk produk garmen, tekstil, dan alas kaki. 

Menurutnya, meskipun pasar EFTA kecil, bakal ada peningkatan ekspor tekstil sampai sebesar 20% dengan pembebasan tarif setelah ratifikasi. "Memang belum signifikan, tetapi Indonesia secara global telah membuktikan untuk menjadi mitra dagang yang bersifat sustainable," kata Anne.

Karenanya, dia pun berharap, negara yang tergabung dalam EFTA bisa menjadi hub untuk ekspor ke negara lain di Uni-Eropa.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rifky Effendi Hardijanto mengungkapkan dari kerja sama dnegan negara EFTA, akan ada pertukaran hasil laut, berupa salmon dari EFTA dan udang asal Indonesia. Udang pun digadang-gadang bakal menjadi komooditas andalan ke Islandia, di samping jenis komoditas lain seperti minyak kelapa mentah, dan kopi.

EFTA juga bakal menghilangkan pemeriksaan teknis kecuali permintaan secara khusus dari konsumen. Dengan pembebasan tarif udang, maka komoditas laut ini akan menjadi lebih kompetitif produk Indonesia dengan pasar lain di Eropa. Saat ini, Indonesia merupakan eksportir udang ke Uni-Eropa nomor 16 dengan nilai hanya US$ 84 juta dari total US$ 6 miliar.

Rifky berharap EFTA jadi pintu masuk sehingga ada peningkatan mencapai US$ 300 juta atau mencapai tiga kali lipat lebih. KKP juga akan melakukan pembenahan di sektor hulu supaya ketersediaan bahan baku tejamin. "Nantinya kami akan jadikan rencana strategis nasional," ujarnya.

Butuh Waktu

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita penandatangan kerja sama ekonomi dengan negara EFTA  tak hanya berpeluang membuka pasar baru,  tetapi juga menarik investasi gterutama di sektor industri. Dengan meningkatnya investasi ini, maka harapannya  bisa mendorong industri manufaktur berbasis ekspor. 

Beberapa komoditas yang menjadi produk jadi adalah sektor makanan dan minuman berbahan baku cokelat dan kayu untuk furnitur. Sebab, investasi  di sisi lain juga dilakukan sebagai salah satu cara investor untuk menjaring pasar Indonesia. "Tetapi, tidak semudah itu karna mereka juga memerlukan pentrasi pasar," kata Enggar.

(Baca: Perang Dagang Diprediksi Bisa Berdampak dalam Jangka Menengah)

Pada salah satu bab investasi pada CEPA dengan EFTA mencakup pemberian akses pasar dan promosi sehingga tidak akan ada investor state dispute settlement (ISDS). Sehingga dalam kerja sama tersebut bisa tercipta iklim usaha yang terbuka dan stabil bagi para investor.

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal BKPM Wisnu Wijaya Soedibjo juga mengungkapkan investasi akan membawa dampak positif dari transfer teknologi dan pengetahuan sehinga dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa domestik di pasar internasional. Selain itu, peningkatan investasi akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha dan terciptanya lapangan kerja yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Yang pasti adanya pembukaan akses pasar, sedangkan proteksi investasi tetap menggunakan mekanisme bilateral investment treaty (BIT)," ujar Wisnu.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...